Rabu, 12 Agustus 2009

Mencari Bahtera Kebenaran


Ketika itu sekitar tahun 77-78 Abu Fulki kita sebut saja beliau dengan nama samaran , sempat mengaji pesantren di Ajengan Andi Cibuntu.Kemudian sempat aktif di beberapa masjid di Bandung,tiada lain semua itu beliau lakukan dengan niat ingin beragama dengan benar, dan takut salah dalam Bergama.Kemudian sempat aktif di kegiatan Kuliyatul Mujahiddin masjid Istiqomah bandung, kemudian aktif pula sebagai Pemuda masjid tersebut sekitar tahun 77.

Sekitar tahun 1979 Abu Fulki didakwahi oleh Guru silatnya,sebut saja namanya Kang E . Beliau kaget sekali ketika itu, karena sebelumnya setiap pertemuan Kang E sang guru hanya bicara tentang silat saja, tidak pernah sedikit pun bicara tentang Islam.Tetapi hari itu Kang E mengajaknya berbicara tentang Islam, tentang keharusan berjamaah.Karena penampilan Kang E saat itu tidak seperti santri, merokok, temperamental, lebih kelihatan seperti preman, saat itu beliau belum percaya terhadap ajakan sang guru tersebut.

Saat berjumpa lagi dengan beliau sekitar 1980an,Kang E kembali menjelaskan tentang konsep berjamaah,kali ini dia menjelaskanbahwa jamaah tersebut adalah Negara Islam Indonesia (NII).Akhirnya dengan agak dipaksa Abu Fulki dibaiat dengan disaksikan oleh 3orang,Pak Denar, Pak Wawan, dan Mang Atun (dua dari ketiga orang yang menyaksikan prosesi baiat tersebut , yakni Pak Denar dan Pak Wawan saat ini sudah keluar dan berpindah ke mazhab Alul Bait , bahkan Pak Denar sudah wafat beberapa bulan sebelum kesaksian ini dibuat sebagai pengikut kepemimpinan ahlul bait yang setia) .

Esoknya, Abu Fulki mengambil brosur dari rumah Wawan yang berjudul ”Mendirikan Negara Islam” dan membawannya ke masjid Istiqomah untuk berdakwah.Menurutnya,saat itu belum ada pembinaan resmi dari Lembaga (kependekan dari Lembaga Wahyu Allah, sebutan lain NII), artinya belum ada kematerian baku. Kematerian khas NII seperti Aqidah Rubbubiyah,Mulkiyah , Uluhiyah, Furqon, dan lain-lain baru muncul bberapa tahun setelahnya, setelah bergabungnya tokoh-tokoh PII ( Pelajar Islam Indonesia) . Dari hasil”dakwah fardiyah”nya di masjid istiqomah, masuklah beberapa orang aktifis Istiqomah, Pak Wahyu Ketua Pemuda masjid Istiqomah ( sekrang sudah menjadi pengikut Imamah Ahlul Bait , Pak BN , Pak Ohan (sudah menjadi pengikut ahlul bait ), dan lain-lain.Mereka sebelumnya ingin mendirikan organisasi atau jamaah semacam ikhwanul muslimin , karena buku-buku pemikiran Ikhwanul Muslimin banyak bertebaran ketika itu, selain terinspirasi dengan gerakan Imron .Kemudian setelah itu mereka bergabung dengan Negara Islam Indonesia.

Saat seniar atau “amir”nya pasif yang dalam istilah Abu fulki "tertidur di siang hari bangun di malam hari ( bersembunyi?) karena banyaknya penangkapan dari aparat era orba, kelompok yang baru direkrut Abu Fulki ini bergerak berdakwah di masjid-masjid kampus antara lain masjid UNPAD, IKIP (sekarang UPI) Salman ITB, UNWIM,dan beberapa SMA antara lain SMA 19, SMA 5, SMA 3, SMA 15,SMA 4, dll.

Dibeberapa perguruan tinggi yang telah di” kuasai”,mereka mulai mengarahkan mahasiswa baru dari mulai OPSPEK, OPSPEK jurusan sampai pengajian kelompok, tetapi ujung tombaknya adalah dakwah fardiyah ( dakwah perorangan) ,semuanya telah di kondisikan sejak dari OPSPEK. Selanjutnya, dakwah fardiyah kemudian bai`at.
Ciri khas dari doktrin yang disampaikan adalah pengkafiran orang diluar kelompok bahkan termasuk orangtua sendiri, kemudian adanya doktrin gerakan P (fa`i) yaitu menghalalkan mencuri untuk kepentingan lembaga, dengan dalih mengembalikan harta kafir ke tangan mukmin dengan segala cara. Mereka melakukan operasi dari mulai mengambil uang kencleng masjid, hewan qurban dan lain-lain. Berikutnya, adanya doktrin furqon yang diterapkan secara kaku dengan eklusifisme,yaitu bergaul dengan kelompok mereka saja, dan berusaha menghindari dengan orang luar.Akibatnya prestasi pendidikan menurun, pekerjaan terbengkalai bahkan ada yang keluar dari PNS, semangat mengembangkan ilmu menjadi tidak ada, menjauh dengan tetangga, bahkan menjauh dari saudara atau keluarga.

Sisi lain yang positif dari penerapan konsep tersebut menurutnya adalah adanya persaudaran yang lebih dekat dari saudara senasab, mereka saling menolong satu sama lain, mengadakan bisnis bersama,menempatkan ikhwan diposisi-posisi strategis, hingga ada beberapa yang berhasil dimasukkan ke Depag, bahkan ketika senior Abu Fulki yang tidak lain adalah mantan guru silatnya, Kang E yang sedang menganggur,mereka menginstruksikan para yuniornya untuk patungan dan kemudian membelikannya beberapa mobil angkot yang masih beroperasi hingga saat ini.

Menurut Abu Fulki, mereka menikah dengan sesame mereka, semangat pengorbanan muncul dikalangan merekabahkan 24 jam waktu mereka serahkan sepenuhnya untuk lembaga,banyak diantara mereka yang sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya,semua dilakukan Allah minded 24 jam,kongkretnya adalah Lembaga NII minded 24 jam.Sekitar tahun 80an,mereka kemudian mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan dan Sosial di Bandung, sebagai tempat bernaung yang masih aktif dan berkembang hingga saat ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengguncang keyakinan

Tahun 90an, beberapa yunior di Cirebon ada yang mengajukan pertanyaan pada Abu Fuliki sebagai berikikut,” dari mana gerakan NII ini muncul, apa yang menyambungkannya dengan Rasulullah, apakah jamaah ini dibentuk oleh Rasulullah?”
Ketika itu Abu Fulki menjawabnyabahwa ketersambungan jamaah NII dengan rasulullah adalah ketersambungan pola pergerakan, yakni pola sunnah Amanu - Hajaru – Jahadu.Tetapi berikutnyamuncul pula pertanyaan lainnya, yaitu bila gerakan NII ditarik dari tahun 1905 ( Serikat Dagang Islam yang diyakini sebagai embrio munculnya NII yang diklaim pula sebagai estafeta dari Turki Usmani) kemudian dihubungkan dengan pasca wafat rasulullah, yaitu munculnya kelompok Ali (Syiah Ali),Muawiyah dan Khawarij, Abu Fulki tidak bisa menjawab darimana ketersambungan NII pada salah satu dari tiga kelompok tersebut, apakah NII merupakan estafeta Syiah Ali, kelompok Muawiyah, atau Khawarij.

Demi memuaskan dahaganya akan kebenaran, Abu Fulki kemudian mendekat pada Ustadz Hassan yang saat itu aktif di Yayasan Muthahhari. Dari ustadz mantan pengikut Wahabbi tersebut, Abu Fulki dipinjami beberapa kitab ahlusunnah yang salah satunya berjudul Yanabiul Mawaddah yang ditulis ulama sunni Al Qunduzi alhanafi . dari kitab inilah muncul penjelasan dari mulut suci Rasulullah tentang furqon, kalimattoyyibah, bahtera Nabi Nuh dan lainlain.Klaim NII tentang keberadaannya sebagai Bahtera Nabi Nuh yang selama ini dijadikan tamsil oleh kelompok NII bahwa siapa yang ikut dalam bahtera NII ibarat ikut ke dalam bahtera Nabi Nuh saat banjir besar datang, atau mengikuti NII sama saja denganmengikuti dan memasuki kalimah Laa Ilaha ilallah, ternyata dalam kitab tersebut beliau mendapatkan penjelasan yang lebih mencerahkan dari mulut suci Rasul, bahwa Bahtera Nabi Nuh setelah nabi wafat adalah ‘bahtera kepemimpinan” keluarga rasulullah , dan bahwa siapa yang mengikuti keluarga Nabi hakekatnya adalah masuk ke dalam kalimah tauhid, berpegang pada mereka adalah berpegang pada kalimah Thoyyibah yang tiada keraguan di dalamnya.Atau klaim lain dari kelompok NII lainnya seperti bahwa NII adalah Lembaga wahyu Allah atau wujud konkret alqur`an, dalam Yanabiul mawaddah konsep tersebut dijelaskan bahwa Wujud konkret alqur`an adalah keluarga nabi “ sang Qur`an berjalan” atau dengan sebutan lainnya nabi mengatakan bahwa “ Ahlul baitku bersama Alqur`an mereka tidak berpisah hingga kalian bertemu aku kelak di telaga Haudh”

Perpecahan yang membuat Abu Fulki muak dan memutuskan untuk keluar
Setelah mendapatkan buku tersebut batin Abu faith bergejolak, namun beliau masih bertahan dalam lembaga tersebut dan berusaha menahan diri dengan mengkonfirmasikan pada tokoh-tokoh NII.Satu hal yang membuat beliau tercengan adalah bahwa uang ratusan juta yang di”panen” seniornya tiap tahun ternyata tidak sampai ke tangan orang tua (sebutan lain dari ahlul jabbal / sesepuh NII). Menurut salah tokoh NII tertinggi yang dikunjunginya, aturannya uang yang didapat oleh seniornya saharusnya disetor seluruhnya ke “pusat” untuk selanjutnya didistribusikan ke daerah-daerah. Tetapi yang terjadi adalah uang zakat-infaq-sodaqoh-fa`I dan lain-lain yang di”panen” seniornya setiap beberapa bulan sekali bahkan tiap bulan tidak disetorkan , sang Pimpinan yang ahlul Jabal hanya diberikan uang ala kadarnya, 5 juta sekali dalam setahun.

Pada tahun 96 muncul kasus perpecahan (entah untuk yang keberapa kalinya) antara kelompok Ajengan masduki dengan kelompok Pak Adah jaelani. Ajengan masduki salah seorang yang dahulu mengangkat Adah jaelani sebagai Imam NII menyatakan batalnya kepemimpinan NII ‘aliran “ Adah Jaelani dalam sebuah sidang syura NII, kabarnya tokoh sepuh ini memukul meja sambil berfatwa “Adah batal sebagai Imam” selanjutnya beliau dan sekelompokpendukungnya melakukan aksi walk out dari sidang syuro.
Kejadian tersebut membuat ummat dibawahnya bingung, sama sepereti kejadian berpecahnya kelompok AbdulKadir Jaelani dengan Abdullah Sungkar yang memunculkan jamaah Islamiyah sebagai “kelompok sempalan’ ( dari perspektif NII) .Dari kebingungan ummat tersebut, Abu Fulki dan beberapa rekannya berkeliling ke Garut, Pangalengan, Sukabumi termasuk Bandung untuk menjelaskan bahwa kepemimpinan yang jelas dari lisan suci Nabi saw yang tidak membuat bingung , adalah kepemimpinan Ahlul bait nabi

Dalam forum-forum eks KW 7 dan KW I tersebut Abu Fulki menjelaskan bahwa dalam tubuh NII sama seperti yang terjadi dalam tubuh RI,orang yang berpengaruh dan banyak uang bisa jadi Imam , berbeda dengan yang ada di Ahlul bait,. Imam adalah orang yang soleh yang kemudian dimaksum oleh Allah kemudian ditunjuk oleh nabi.
Hingga saat ini, Abu Fulki beserta istri dan putra-putranya aktif dalam berbagai majelis-majelis ahlul bait yang diselenggarakan di berbagai tempat dan komunitas.

diambil dari pengakuan Abu Fulki alias Abu Idzhar mantan tokoh NII Bandung.oleh : Abu Shadra

Jumat, 07 Agustus 2009

“SYIAH” TERUCAP DARI BIBIR NABI, SYIAH DALAM HADIST-HADIST AHLUSUNNAH


Saat mengomentari tentang Hizbullah dengan Sayyid Hassan Nasrullahnya yang berhasil memukul mundur tentara Israel dalam perang 33 hari beberapa tahun lau seorang teman berkomentar,” Saya sangat kagum dengan kehebatan dan perjuangan Hizbullah, tapi sayang mereka orang Syiah.”Pernyataan tersebut langsung saya sanggah dengan pernyataan saya,” Justeru itu karena mereka orang Syiah!”

Kita semua sudah sama-sama tahu bahwa front terdepan perlawanan terhadap Israel dan Amerika adalah Iran.Hamas dan Hizbullah yang konfontatif terhadap Israel dilatih , dipersenjatai dan didanai oleh Iran, Negara yang didominasi oelh para Mullah dan Ayatullah yang notabene adalah Syiah. Satu hal lagi, saat Lebanon digempur habis-habisan oelh kekuatan Zionis Israel, saat Negara-negara Arab dan para ulama hanya berkomentar, Rahbar Ali Khamenei langsung mengeluarkan fatwa untukikut “berperang’ menghancurkan Amerika dengan cara tidak membeli produk-produk Amerika.Dikabarkan,di negara-negara Arab yang banyak penduduk syiahnya , produk-produk Amerika seperti Coca-cola, Marlboro dan lain-lain penjualannya menurun drastis, bahkan tempat-tempat makan fast food semisal Mc Donald dan sejenisnya konon banyak yang gulung tikar.
Disaat para tokoh-tokoh dan kelompok-kelompok ahlusunnah saling berselisih bahkan ada yang mengkafirkan satu sama lain, saat para tokoh Ummat Islam bangsa Indonesia sibuk akan klaim kepemimpinannya masing-masing, Negara Iran yang mayoritas penduduknya syiah sudah melatih 12 juta paramiliternya , bahkan mereka sudah mempersiapkan persenjataan yang super canggih untuk melawan kekuatan Thagut Amerika sebagaimana yang Allah kehendaki .

"Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya...." (QS. Al-Anfaal 60).

Tentang persenjataan militernya, Pimpinan Garda Revolusi Muhammad Ali Jafari menyatakan ,” kami sudah tidak punya tempat yang memadai lagi untuk menyimpan rudal-rudal kami.”

Ya , mereka adalah orang-orang syiah, julukan yang keluar dari mulut Arrasul saw sebagaimana yang akan kami paparkan

Syiah dalam Hadis- hadist ahlusunnah

Berbeda dengan kata "Ahlus Sunnah wa Al-Jama'ah", kata "Syiah" sudah ada/digunakan dari zaman dahulu. Di dalam Al-Quran misalnya, dalam surah Ash-Shaffat ayat 83: "Dan sungguh, salah satu syiah (pengikut) nya adalah Ibrahim". Begitu pula yang disebutkan dalam surah Al-Qashash ayat 15: "...yang seorang dari syiah (pengikut/golongan) nya dan seorang lagi dari musuhnya (kaum Fir'aun)."

Namun karena fokus dari tulisan ini adalah keterangan Nabi SAW dalam hadis-hadist ahlusunnah,Berikut ini adalah hadis-hadis yang menerangkan tentang awal "sebutan" Syiah.
Al-Hafizh Abu Na'im adalah seorang ulama Ahlus Sunnah yang disebutkan oleh para ulama bahwa ia adalah seorang "mahkota hadis" dan "guru para hadis tsiqqat/terpercaya." Beliau dalam kitabnya Hilyah Al-Awliya' dengan sanad dari Ibn Abbas: Ketika turun ayat yang mulia: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk" (QS. Al-Bayyinah 7), Rasulallah SAW bersabda kepada Ali ibn Abi Thalib, "Wahai Ali, itu adalah engkau dan pengikut (syiah) mu. Engkau dan syiahmu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan ridha dan diridhai." Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib pasal 17 tentang turunnya ayat tersebut.

Hadis senada juga terdapat dalam kitab Tadzkirah Khawwash Al-Ummah karya Sabath ibn Al-Jawzi, hlm. 56, yang sanadnya berasal dari Abu Sa'id Al-Khudri: "Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib, lalu bersabda, 'Orang ini dan para pengikut (syiah) nya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat'."
Abu Mu'ayyid ibn Ahmad Al-Khawarizmi dalam Al-Manaqib, pasal 9, hadis no. 10 dari Jabir ibn Abdallah Al-Anshari: Kami bersama Nabi SAW, kemudian datang Ali ibn Abi Thalib. Beliau bersabda, "Telah datang saudaraku kepada kalian". Kemudian beliau memukulkan tangannya. Beliau bersabda, "Demi yang diriku dalam kekuasaan-Nya, orang ini dan syiahnya adalah orang-orang yang beroleh kemenangan pada hari kiamat. Kemudian, ia adalah orang yang pertama yang beriman di antara kalian, yang paling setia menepati janji Allah, yang paling keras menegakkan perintah Allah, yang paling adil dalam memimpin, yang paling adil dalam membagi, dan yang paling agung keutamaannya di sisi Allah." Perawi menambahkan kemudian turun ayat: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (khayrulbariyyah)... Selanjutnya perawi berkata: Apabila Ali datang, para sahabat Muhammad SAW berkata, "Telah datang khayrulbariyyah." Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i meriwayatkan dalam kitabnya Kifayah Ath-Thalib bab 62 dengan sanad dari Jabir ibn Abdallah Al-Anshari.
Nabi SAW bersabda kepada Ali, "Engkau dan syiahmu berada di surga." (Tarikh Baghdad, juz 2, hlm. 289)
Rasulallah SAW bersabda, "Wahai Ali, engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dengan rasa puas dan wajah yang putih. Sedangkan musuh-musuh mereka kembali ke Al-Haudh dalam kehausan." (Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq Al-Muhriqah, hlm. 66, cet. Al-Maimanah (Mesir); Allamah Shalih At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 101, cet. Bombay)

Nabi SAW bersabda kepada Ali, "...dan syiahmu berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dengan wajah putih di sekelilingku. Aku memberikan syafaat kepada mereka. Maka mereka kelak di surga bertetangga denganku." (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 135; Manaqib Ibnu Maghazali, hlm. 238)

Dari 'Ashim ibn Dhumrah dari Ali AS: Rasulallah SAW bersabda, "Ada sebuah pohon yang aku adalah pangkalnya, Ali adalah cabangnya, Al-Hasan dan Al-Husain adalah buahnya, dan syiah adalah daun-daunya. Tidak keluar sesuatu yang baik kecuali dari yang baik." (Al-Kanji Asy-Syafi'i, Kifayah Ath-Thalib, hlm. 98)

Diriwayatkan dari Nabi SAW: "Janganlah kalian merendahkan syiah Ali, karena masing-masing dari mereka diberi syafaat seperti untuk Rabi'ah dan Mudhar." (Al-Hakim, Al-Mustadrak 3/160; Ibnu Asakir, Tarikh 4/318; Muhibbuddin, Ar-Riyadh An-Nadhrah 2/253; Ibnu Ash-Shabagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah 11; Ash-Shafuri, Nazhah Al-Majalis 2/222; Allamah Al-Hindi, Intiha' Al-Afham, hlm. 19, cet. Lucknow; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257, cet. Istanbul)

Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri: Nabi SAW memandang kepada Ali ibn Abi Thalib dan bersabda, "Orang ini dan syiahnya adalah orang-orang yang mendapat kemenangan pada hari kiamat." (Sabath ibn Al-Jawzi, Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 59, cet. Aljir)

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik: Rasulallah SAW bersabda, "Syiah Ali adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (Ad-Dailami, Firdaws Al-Akhbar; Allamah Al-Mannawi, Kunuz Al-Haqa'iq, hlm. 88, cet. Bulaq; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 180, cet. Istanbul; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 222, cet. Nul Kesywar)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: Rasulallah SAW bersabda, "Ali dan syiahnya adalah orang-orang yang memperoleh kemenangan pada hari kiamat." (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 113, cet. Bombay; Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 257; Allamah Al-Hindi, Intiha Al-Afham, hlm. 19)
Rasulallah SAW bersabda kepada Ali, "Engkau dan syiahmu kembali kepadaku di Al-Haudh dalam keadaan puas." (As-Suyuthi, Ad-Durr Al-Mantsur 6/379, cet. Mesir; Al-Qunduzi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 182)

Rasulallah SAW bersabda, "Wahai Ali, empat orang pertama yang masuk surga adalah aku, engkau, Al-Hasan, dan Al-Husain. Keturunan kita menyusul di belakang kita. Istri-istri kita menyusul di belakang keturunan kita, dan syiah kita di kanan dan kiri kita." (Tarikh Ibn Asakir, 4/318; Ibnu Hajar, Ash-Shawaiq, hlm. 96; Tadzkirah Al-Khawwash, hlm. 31; Majma Az-Zawa'id 9/131)

Diriwayatkan dari Asy-Sya'bi dari Ali AS: Rasulallah SAW bersabda, "Engkau dan syiahmu berada di surga." (Tarikh Baghdad, 12/289, cet. As-Sa'adah (Mesir); Akhthab Khawarizmi, Al-Manaqib, hlm. 67)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulallah SAW bersabda kepada Ali, "Engkau bersamaku dan syiahmu di surga." (Majma Az-Zawa'id, 9/173)

Anas meriwayatkan dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Jibril mengabarkan kepadaku dari Allah SWT bahwa Allah mencintai Ali dengan kecintaan yang tidak diberikan kepada malaikat, para nabi, dan para rasul. Tidak ada tasbih yang ditujukan kepada Allah, melainkan darinya Dia menciptakan satu malaikat yang memohonkan ampunan bagi orang yang mencintainya dan syiahnya hingga hari kiamat." (Allamah Al-Kasyafi At-Turmudzi, Al-Manaqib Al-Murtadhawiyah, hlm. 116, cet. Bombay; Allamah Al-Qunduzi Al-Hanafi, Yanabi Al-Mawaddah, hlm. 256, cet. Istanbul tetapi tanpat kalimat "para nabi dan para rasul".)
Dan seterusnya dan seterusnya

Ketika Wahhabi Berdakwah tentang Syiah
( dari situs tetangga )

Situs Al-Quran yang beralamat di http://quran.al-islam.com dan di tangani oleh pemerintah Arab Saudi yang bermazhab Wahhabi, ikut tabligh menyebarkan ajaran Syiah.
Entah disadari atau tidak oleh Wahhabi, dalam situs tersebut, terdapat tafsir surah Al-Bayyinah ayat 7, yang menafsirkan bahwa sebaik-baik manusia adalah Ali AS dan pengikutnya.
Tafsir ini seperti yang terdapat dalam situs itu merujuk pada tafsir Ath-Thabari. Dikatakannya bahwa, إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ,أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ِ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”.
أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Siapakah yang sebaik-baik makhluk itu? Dalam tafsir Ath-Tabari yang diriwayatkan dari Ibnu Hamid mengatakan bahwa, Isa bin Farqad dari Abil Jarud dari Muhammadi bin Ali, Rasulullah mengatakan أنت يا علي وشيعتك : “Engkau, wahai Ali, dan Syiahmu (pengikutmu-red).”
Pada saat yang sama pembuatan situs Al-Quran yang ditangani oleh kerajaan Saudi itu bertujuan untuk menyebarkan mazhab Wahhabi. Silakan klik link berikut ini: http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?l=arb&taf=TABARY&nType=1&nSora=98&nAya=7

Abu Shadra

Minggu, 26 Juli 2009

ABDULLAH BIN SABA DAN AJARAN SYIAH

Oleh : Abu Shadra



Selama ini, Syiah sering dituduhkan sebagai suatu ajaran yang “disusupkan’ oleh seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba. Hal itulah yang seringkali membuat saya saat masih menganut sunniisme ( mazhab Ahlussunnah ) berusaha menjauhi dan berhati-hati terhadap mazhab Syiah Ahlul Bait ( pengikut keluarga Rasulullah ) disamping berbagai fitnah keji dan cacian-cacian tanpa ilmu yang dipropagandakan tokoh-tokoh ahlussunnah yang fanatik.

Terlebih saat masih menjadi aktifis Harokah Negara islam Indonesia ( NII ) , jangankan mempelajari ataupun membaca buku-buku syiah, mendalami lebih jauh tentang NII seperti menanyakan siapa , dimana dan bagaimana keseharian Imamku saat itu saja ditabukan oleh para “atasan”ku dulu. Bahkan saat saya berusaha mengkaji pemikiran-pemikiran NII yang berkembang diluar , seperti bertanya pada tokoh-tokoh NII diluar struktur jaringan kami semisal : Pak Abdul Munir Fattah tokoh penting NII aliran fillah, ataupun Pa Dodo Muhammad Darda salah seorang putra putra Pak Kartosuwiryo sang pendiri atau Imam pertama NII yang ternyata berfaham tidak mengkafirkan orang diluar golongannya , hal tersebut dianggap sebagai kesalahan yang sangat fatal. Seolah-olah yang disebut Islam itu hanyalah segala penafsiran yang difahami oleh atasan langsung kami saat itu, diluar itu atau bahkan sekalipun faham NII yang difahami para sesepuh yang kedudukan atau jabatannya lebih tinggi dari para atasan saya saat itu bukanlah Islam yang halal saya pelajari, padahal saat itu aku sedang dahaga sekali dengan pemikiran-pemikiran Islam.

Kita kembali ke pembahasan seputar Abdullah bin Saba.

Sumber Dongeng tentang Abdulah bin Saba

Sepuluh abad yang lalu para sejarawan Islam kalangan ahlussunnah meriwayatkan kisah tersebut.Kisah ini begitu populer, hingga dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada penulis sejarah Para tabiit-tabiin yang tidak meriwayatkannya, hanya saja pendongeng pertama menyampaikannya dalam bentuk riwayat sementara para penulis yang datang setelahnya mengutip dan menceritakannya kembali dengan berbagai penafsiran, dugaan, tambahan dan berbagai bumbu yang menarik.


Kisah ini begitu menyebar sehingga meniscayakan kita untuk meneliti dan menganalisanya dengan seksama dengan merujuk pada sumber awal atau asal muasal pembawa kisah tersebut tetapi, sebelum kita menelusuri sumber kisah tersebut, kita akan melihat bagaimana kisah yang berkembang tentang Abdullah bin Saba yang dikatakan sebagai pembawa ajaran Syiah.


Disebutkan dalam berbagai riwayat Bahwa pencetus dasar-dasar ajaran Syiah adalah seorang Yahudi dari kota Shan`a bernama Abdulah bin Saba , Yaman, ia menampakan keislamannya pada masa Usman bin Affan dan kemudian membaur besama kaum Muslimin. Dan kemudian membuat berbagai propaganda yang menyesatkan sehingga kaum muslimin berpecah, berperang satu sama lain.Selanjutnya disebutkan pula bahwa Abdullah bin Saba yang juga dikenal sebagai Ibnu Sawda berhasil mempengaruhi pemikiran Abu Dzar Al Ghiffar, sehingga Abu Dzar dan menyusul setelahnya beberapa sahabat lain ikut terpengaruh dalam faham Saba`iyyah yang merupakan cikal bakal syiah tersebut dan ikut menggerakan massa , hingga puncaknya adalah pemberontakan yang mengakibatkan terbunuh nya Usman,khalifah ke 3 .

Selanjutnya, sampailah kepada kita kisah-kisah yang penuh bumbu hingga terjadi kontradiksi dan perbedaan disana-sini. Antara lain seperti dikatakan oleh salah seorang perawi bahwa Abdullah bin saba adalah penduduk Hirah, sementara perawi yang lain menyatakan bahwa ia adalah penduduk Shan`a. Dalam pernyataan lain dikatakan misalnya bahwa tokoh tersebut menyebarkan faham bahwa Nabi Muhammad saw akan mengalami raj`ah ( reinkarnasi) sementara dalam kisah lainnya yang tersebar dikatakan bahwa Ali lah yang akan mengalami raj`ah.Dan yang lebih ‘edan’ lagi dikatakan oleh sebagian ulama atau lebih tepatnya ahli dongeng dari kalangan ahlussunnah bahwa tokoh tersebut menyatakan bahwa pada diri Ali ada sebagian “percikan” sifat Tuhan, sementara dalam dongeng lainnya disebutkan bahwa faham yang disebarkan ibnu Saba tersebut adalah bahwa Ali adalah Tuhan itu sendiri. Selanjutnya saya akan cuplik sedikit dongeng lucu penuh bumbu yang disebarkan para propagandator fanatic yang membual tanpa ilmu dan tanpa bersandar pada fakta , disebutkan oleh mereka bahwa Ibnu sawda atau Abdullah bin Saba menyebarkan faham bahwa Imam Ali tidak mati, ia tetap hidup mempunyai tempat tinggal dilangit, petir adalah suaranya, dan kilat adalah pedangnya, dan unsur-unsur Tuhan menyatu pada dirinya.

Demikianlah, fanatisme selalu membuat tindakan berlebih-lebihan hingga membutakan mata dan telinga terhadap realitas, pada akhirnya mereka menutup telinga, mata, dan hati mereka walaupun terhadap kebenaran sekalipun. Seperti yang terjadi baru-baru ini, sebuah foto seorang Ulama Syiah yang sedang mencium bibir seorang anak kecil, oleh kaum fanatik bodoh disebarkan luaskan dengan diberi komentar bahwa seorang ulama Syiah sedang mencumbui serang anak kecil , na`udzubilah. Lebih gila lagi para penyebar propaganda berikutnya menambah-nambahi dengan berbagai komentar keji seperti : ulama syiah menyukai berhubungan seks dengan anak kecil yang sejenis, dan seterusnya dan seterusnya. Ternyata sumber awal isu tersebut adalah sebuah potongan gambar yang foto aslinya memperlihatkan gambar seorang ulama ditempat terbuka (bila ciuman syahwat, seharusnya di tempat tertutup) dan disaksikan banyak orang tengah mencium bibir seorang anak, sebuah tradisi yang sangat lumrah dikalangan bangsa Arab maupun Persia, sebagai ekspresi kecintaan , sebagaimana kita tahu bahwa dalam berbagai hadist dikatakan bahwa nabi seringkali menciumi leher Imam Husein, dan menciumi bibir Imam Hassan saat mereka masih kecil.

Seperti telah disebutkan para periwayat, sumber tertua kisah Abdullah bin saba adalah terdapat dalam riwayat Ibnu Jarir Thabari ( w.310) .dalam menukil kisah tersebut, <span style="font-weight:bold;">Thabari hanya bersandar bersandar pada perawi tunggal, yaitu Shaif bin Umar.Sebelum saya lanjutkan, saya ceritakan sedikit bahwa akal sehat saya menyatakan saat mempelajari kisah ini , bahwa tidak mungkin sebuah peristiwa besar yang dikatakan melibatkan banyak sahabat hanya diriwayatkan hanya oleh satu periwayat saja.Seperti peristiwa besar Ghadir Khum misalnya pada tulisan saya yang lain, menunjukan bahwa peristiwa tersebut benar-benar ada dengan banyaknya rantai sanad, puluhan sahabat menjadi saksi atau tanpa sengaja membenarkan peristiwa tersebut.Suatu peristiwa besar seharusnya disaksikan oleh banyak orang yang kemudian meriwayatkannya, sehingga darisini saja dapat disimpulkan bahwa bila kisah Abdullah bin saba itu benar, seharusnya ada banyak rawi yang meriwayatkannya, sebagaimana hadis Ghadir Khum seperti yang telah saya samapaikan pada tulisan sebelumnya. Sedangkan " dongeng" hebat ini justeru hanya diriwayatkan oleh Shaif bin Umar seorang saja, dan riwayat lain yang kalaupun ada tentang dongeng Abdullah bin Saba diluar Thabari pun ternyata periwayatannya selalu berakhir pada Shaif bin Umar, dan jalur yang menghubungkannya pada Shaif bin Umar ini pun ternyata hanya dua jalur periwayatan saja :
1. Ubaidullah bin Said az Zuhri ( meriwayatkan kisah ini) dari pamannya yang bernama Yaqub bin Ibrahim ( yang mendapat kisah tersebut) dari Shaif bin Umar, kisah tersebut dinukil secara lisan.
2. Abu Ubaidah bin yahya alias As Surri ( meriwayatkan kisah ini) dari Syuaib bin Ibrahim ( yang mendapat kisah tersebut) dari Shaif bin Umar, kisah tersebut dinukil secara lisan, dan sebagian diambil Thabari dari Al Futtuh war Riddah dan kitab Al jamal wa Masir Aisyah karya Shaif bin Umar.

“Raport merah” Shaif bin Umar

Dari seluruh para ulama ahli jarh wa taqdil dari kalangan ahlusunnah, disebutkan bahwa reputasi Shaif bin Umar at Tamimi al Usaidi sangat buruk, hampir tidak ada satupun yang berkomentar positif tentang orang tersebut, berikut akan kami paparkan komentar-komentar mereka dari kalangan ahlusunnah :
• Yahya bin Main ( w. 233 H) berkata tentangnya ," Ia lemah dalam periwayatan hadist, uang sesen lebih berharga darinya."
• Ibnu Hajar as Tsaqoni setelah menyebut sebuah hadist ," hadist ini terdapat para perawi lemah, yang paling parah adalah saif bin Umar."
• Al hakim ( w.405 ) berkata," ia ditinggalkan dan dituduh tidak menjalankan agama"
• Abu Daud (w.270 H) berkata," saif bin Umar tidak berarti sedikitpun, ia pembohong."
• An Nasai ( w.303 H) penulis kitab sahih ahlusunnah berkata," Saif itu lemah ingatannya, hadisnya banyak ditinggalkan, tidak jujur dan tidak dapat dipercaya."
• Ibnu Abi hatim ( w.203 H) berkata." Ia ditinggalkan hadisnya."
• Ibnu Adi berkata ( w.360 H) berkata," sebagian besar hadisnya munkar tidak terdukung."
• Ibnu sakan ( w.355 H ) berkata," ia lemah"
• Ibnu Hibban ( w.354 H ) berkata," ia meriwayatkan banyak hadist palsu dan menisbahkannya pada orang-orang yang dipercaya, ia lemah dan dituduh tidak beragama.para ulama berkata bahwa ia banyak memalsu hadist."

Selanjutnya disini saya akan kritik sedikit tentang Thabari, yang banyak meriwayatkan kisah-kisah fiktif nan fantastis dalam kitab Tarikhnya.Dari salah satu kisah yang ditulis Thabari dalam tarikhnya disebutkan tentang pengiriman pasukan Abu bakar dibawah komando Khalid bin Walid untuk memerangi suautu kabilah yang menolak membayar zakat pada pemerintahan Abu Bakar.sebagaimana disebutkan dalam berbagai kitab tarikh lainnya bahwa Khalid bin walid kemudian membunuh Malik bin Nuwairah sang kepala kabilah.Yang menarik dalam versi Thabari yang tentu saja diambil dari Saif dikatakan," Malik bin Nuwairah adalah seorang yang berambut lebat, dan ketika pasukan ( Khalid bin Walid) menjadikan kepala-kepala mereka ( Malik dan kaumnya) sebagai tungku , seluruh kepala-kepala tersebut termakan api , kecuali kepala Malik.seluruh makanan dalam kuali tersebut matang sementara kepala Malik tidak matang karena lebatnya rambut malik…..dst" ( tarikh 2 / 503)

Mungkinkah kisah sadis dan konyol tersebut benar-benar terjadi ? Mungkinkah para kaum muslimin yang sebagian dididik langsung dalam madrasah risalahnya Muhammad saw melakukan kekejian sebrutal itu, memakan daging saudaranya sendiri ? dan apa pendapat pembaca tentang rambut Malik yang panjangnya berkilo-kilo meter sehingga api tidak bisa membakarnya, itulah kisah konyol produk saif at Tamimi yang terdapat dalam Tarikh Thabari. Selanjutnya kita bisa menarik kesimpulan sendiri.

Demikianlah, Thabari lebih suka meriwayatkan hadist-hadit lucu dan keji seperti tersebut di atas ketimbang hadist- hadist tentang perilaku menyimpang muawiyah yang menjadi sebab bangkitnya Abu dzar dan Amr bin Yassir dalam menentang Muawiyah.Thabari sepertinya datang untuk menyajikan berbagai pembenaran atas berbagai tindakan Muawiyah.Thabari pun tidak menukil penyebab kebangkitan Abu Dzar yang menyebabkan ia diusir dari Syam, dan kemudian disiksa khalifah Usman di Madinah, lalu diasingkan ke Rabadzah hingga wafat di pengasingannya persis seperti yang diberitakan oleh kekasihnya Muhammad.

Thabari lupa bahwa Nabi suci pernah bersabda mengenai Abu Dzar," Tidak pernah bumi menampung dan tidak pernah langit menaungi seorang yang lebih jujur ucapannya dan lebih setia daripada Abu Dzar, seorang yang mirip dengan isa bin maryam."

Selanjutnya marilah kita lihat bagaimana riwayat yang disampaikan oleh Thabari untuk selanjutnya kita dapat menilai sendiri kebenarannya ," dan pada tahun 30 H terjadi perselisihan antara Abu Dzar dan Muawiyah serta pengusiran Muawiyah terhadap Abu Dzar dari Syam ke Madinah, Dan banyak hal telah disebutkan berkaitan tentang pengusiran tersebut, tetapi saya tidak suka menyebutkan sebagian besar darinya,(Tarikh 3/335) mengapa Thabari menyebutkan "Dan banyak hal telah disebutkan berkaitan tentang pengusiran tersebut, tetapi saya tidak suka menyebutkan sebagian besar darinya " ???

Selanjutnya dalam tarikh tersebut disebutkan pula tentang pertemuan antara Abdullah bin Saba dan Abu Dzar dan kemudian dengan Abu Darda, dan diceritakan bahwa kedua sahabat nabi tersebut beserta sederet nama tabiin terprovokasi ajaran Abdullah bin Saba yang disebut-sebut sebagai Yahudi.Thabari sebagaimana yang ia katakan sendiri tidak suka menyebutkan sebagian besar dari peristiwa yang terjadi saat itu, ia tidak mau membeberkan kebobrokan Muawiyah saat itu yang menyebabkan bangkitnya beberapa sahabat besar untuk melawan , ia lebih suka menceritakan pertemuan Abu Dzar, Abu Darda dengan tokoh Abdullah bin Saba yang ia sematkan "label" yahudi .

Tentang kisah Abdullah bin saba ini, salah seorang pemikir sunni yang kritis Dr.Thoha Husein berkomentar," Bahwa saya tidak menemukan kisah Abdullah bin Saba ini disebut-sebut dalam riwayat lain , ia tidak disebut-sebut oleh Ibnu saad saat menceritakan tentang kejadian dimasa Usman dan perlawanan masyarakat terhadapnya, tidak pula oleh Baladzuri ataupun sejarawan lain,ia hanya disebutkan dalam Thabari dari Saif bin Umar dan darinyalah tampaknya sejarawan yang datang setelahnya mengambilnya."

Yang menarik dari pendapatnya tentang kisah sabaiyah tersebut, Dr.Thaha Husein justeru mempertanyakan tentang keheranannya, bila Abdullah bin saba benar-benar ada , mengapa Usman tidak menghukum dan kemudian menyiksanya, padahal menurutnya , Usman pernah menyiksa Abu Dzar, atau mengizinkan pejabat pemerintahannya menyiksa putera Abu bakar, Ibnu Abi Hudzaifah, maupun Amr bin Yassir , sebagaimana disebut-sebut dalam berbagai kitab tarikh, seharusnya ia pun harus berani menyiksa Abdullah bin saba seandainya tokoh tersebut benar-benar ada.

Dan yang paling mengherankan penulis buku Fitnatul Kubra ini, adalah bahwa Abdullah bin Saba berhasil mendikte Abu dzar , padahal saat Kaab al Akhbar seorang mualaf yang lebih lama masuk Islam lebih dulu Islam dari Abdullah bin Saba ( seandainya Abdullah bin saba benar-benar ada) berusaha mendiktenya dengan mengatakan, "Bagi yang telah mengeluarkan zakat , maka cukup baginya," Abu Dzar marah dan berkata," Hai putera wanita yahudi , apa urusanmu dalam perkara ini? Apakah engkau mengajari kami tentang agama kami ? kemudian Abu dzar menusuk perut kaab dengan tongkatnya."Tidakkah mengherankan, seorang sahabat yang menolak Kaab untuk berdiskusi tentang agama kemudian dengan begitu saja menerima agama dari Abdullah bin Saba" ujar beliau sebagaiman yang beliau tulis dalam Fitnatul Kubranya.


Mengapa Abdullah bin Saba ?

Dalam buku Identitas Mazhab Syiah, melacak akar hitoris dan sebab-sebab kelahirannya karangan Ali Zaenal Abidin disebutkan“Untuk menjawab pertanyaan di atas, akan terlihat inti permasalahan dalam peluncuran serangkaian episode dongeng “Abdullah bin Saba “ .Sebab apabila ditelusuri dan dicari argumentasinya dalam Al Qur`an dan Hadist akan tampak pemikiran syiah tentang konsep kepemimpinan dan seluruh hal yang terkait dengannya , serta polemic yang terjadi antara mereka dan sekte-sekte Islam lainnya akan menyingkirkan mereka yang tidak memenuhi syarat dari panggung kepemimpinan Ummat, dan ini adalah bencana besar bagi pemikiran-pemikitran nonsyiah dan akan menggoyah kepamapanan keberagamaan mereka.Oleh karenanya , pemikran mereka harus dikaitkan dengan sumber non Islam dan diidentikan dengan pemikiran Yahudi>Maka diciptakanlah lakon dengan nama Ibnu Saba untuk menjadi kambing hitam dan agar semua kecaman dialamatkan padanya, sebab dialah yang telah merusak kesatuan Ummat Islam dan mencemari kemurnian ajarannya”

Selanjutnya Dr> Ahmad Mahmud Shubhi setelah menyampaikan analisis Dr.Toha Husein berkata,” Dan tampaknya dibalik semangat berlebihan para sejarawan dan para penulis sejarah perkembangan sekte-sekte Islam mengenai peran yang dimainkan Ibnu Saba. Ada sebab lain selain yang telah disebutkan Dr.Toha Husein. Telah terjadi perisatiwa-peristiwa besar dalam tubuh masyarakat Islam, seperti terbunuhnya Usman, lalu perang jamal yang didalamnya terlibat banyak sahabat besar termasuk salah seorang isteri Rasul.Mereka saling berperang dan bercerai berai, seluruh peristiwa ini memukul jiwa seorang muslim yang rajin menelusuri sejarah politik,Ia tidak bias membayangkan kalau sejarah Islam ternyata mengalami hal-hal demikian dan sahabat-0sahabat besar yang telah berjasa berperang bersama rasul dan ikut dalam meletakan dasar-dasar Islam juga terlibat didalamnya.Oleh karena itu tanggung jawab peristiwa tersebut harus dibebankan kepada seseorang dan tidak masuk akal kalau sahabat-sahabat besar harus bertanggungjawab.Oleh karenanya , semua itu harus dipikul oleh Ibnu saba, dialah yang mengobarkan fitnah dan kekacauan hingga Usman terbunuh, dialah yang mengobarkan fitnah dan kekacauan pada perang jamal ketika Ali,Thalhah dan Zubair lengah.Adapun dalam sejarah pemikiran, dipikulkan di atas pundaknya tanggung jawab perpecahan ideology terbesar dalam islam hingga munculnya Syiah.Ini adalah analisis lasan mengapa para penulis sejarah sekte-sekte dan mazhab-mazhab Islam khususnya salafiyyin dan muarikhin berlebihan dalam hakekat peran yang dimainkan Ibnu saba. Padahal mengherankan ada seorang asing yang mempermainkan Islam dan menggerakan sejarah politik dan ideology Islam seperti itu, sementara para sahabat besar duduk diam menyaksikannya dan tidak bertindak.”


Dibalik Kemunculan “Ibnu saba “


Saat mempelajari kisah ini sekeluarku dari NII,beberapa kali saya sempat menahan nafas dan beberapa kali pula tanpa terasa air mataku terisak, betapa tidak, saat itu lembaran-lembaran sejarah hitam tentang perselisihan danpeperangan di kalangan sahabat terungkap, dan semua itu terjadi hanya dalam beberapa saat setelah wafatnya Nabi, tidak sampai seabad.

Memang, mempercayai kisah penyusupan yahudi Abdullah bin saba untuk sementara waktu dapat menentramkan hati, Para sahabat bersih dari segala kesalahan karena seluruh penyebab semua fitnah dan badai kerusakan ummat langsung ditimpakan pada tokoh Abdullah bin Saba sang Yahudi. Tetapi bila kita mau mengkaji lebih dalam secara objektif ,keyakinan tersebut malah justru membuat munculnya berbagai kontradiksi pemikiran.
1. Bila benar kehancuran Islam disebabkan oleh Abdullah bin Saba si yahudi, mengapa tidak ada satupun hadist Rasulullah yang menubuwahkan akan munculnya tokoh tersebut, padahal salah seorang penyebab perang Jamal yaitu Aisyah r.a saja pernah dinubuwahkan jauh-jauh hari sebelumnya?
• Sebagaimana kita tahu bahwa pembunuhan Usman yang kemudian memicu konflik-konflik berikutnya adalah disebabkan salah satunya oleh profokasi Aisyah r.a “ Bunuhlah Na`tsal( keledai tua julukan Aisyah bagi Usman) , ia telah kafir ( Alkamil karangan Ibnu Atsir jilid III hal.90,atau dalam tarikhnya Ibnu Jarir, dll atau lihat di Syarh nahjul Balaghah nya Ibnul hadid jilid II hal 77, 457) dari fatwa tersebut bergeraklah masa ke rumah usman untuk membunuh Usman dan kemudian lahirlah perang Jamal yang Aisyah ikut terlibat di dalamnya, Jauh-jauh hari Rasul pernah menubuwahkannya sebagaimana hadist diriwayatkan berikut : Nabi saw. sedang berkhotbah dan beliau
menunjuk ke arah kediaman Aisyah sambil berkata: ˜Disinilah akan muncul tiga fitnah sekaligus, dan dari situlah akan muncul tanduk setan1atau dalam jalur lainnya, Nabi berkata sebagai berikut ,” Kepala kekufuran akan muncul dari sini, dan dari sini akan muncul
tanduk setan.” [ada banyak , salah satunya Shahih al-Bukhari, Kitab fardhi al-Khums, Bab Fardhi al-Khums, (Kutub as-Sittah, Shahih Bukhari, jilid II/ 125 Cetakan Darussalam Linnasyr wa at-tauzi' - Riyadh - Saudi Arabia, juga saya temukan dalam Sahih Muslim jilid II halaman 503 )dan bahkan diakui pula oleh Aisyah ra,bahwa jauh-jauh hari rasul pernah menyebutkan tentang dirinya akan melakukan “kedurhakaan” dengan mendaki bukit dengan menaiki unta bernama Askar dan akan digonggong anjing-anjing ( baca di Musnad Ahmad jilid IV/ 52 dan 97, atau di Mustadraknya alHakim jilid III / 120,juga diriwayatkan adz Dzahabi dalam talkhis Mustadraknya, riowayat serupa ada juga dalam Syarh Nahjul Balaghah karangan IbuAbil hadid jilid II /80 )
• atau Nubuwah Nabi tentang terbunuhnya al Husein yang kemudian terjadi ; Pada suatu hari aku datang kepada Rasulullah saw lalu kuletakkan Al-Husein di pangkuannya, kemudian Rasulullah saw menangis. Aku bertanya: Mengapa engkau menangis? Rasulullah saw bersabda: “Baru saja Jibril datang memberitakan kepadaku bahwa ummatku akan membunuh puteraku ini.”Aku bertanya: Ini (Al-Husein)? Rasulullah saw menjawab: “Ya, baru saja Jibril datang kepadaku dengan membawa turbah (tanah) Al-Husein yang berwarna merah.”( Bukhari, Shahih dalam bab , Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad jilid 2, hlm. 23
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad jilid 2, hlm. 26)
• Atau “ramalan” Nabi tentang sahabat-sahabatnya yang hidup bermewah-mewah dan murtad setelah wafat Nabi saww ,"Aku akan mendahului kalian dan akan menjadi saksi kepada kalian. Demi Allah aku kini melihat Haudhku (telaga di syurga) dan aku juga telah diberikan kunci kekayaan bumi (atau kunci bumi). Demi Allah aku tidak khuatir kalian akan mensyirikkan Allah setelahku, tetapi aku khuatir kalian akan bersaing untuknya (dunia)" Rasulullah bersabda, “Aku mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawah kehadapanku, kemudian mereka dipisahkan jauh dariku. Aku (akan) bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah sahabatku (ashabi). lalu dijawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathuu ba’da-ka).
Pada riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda: “Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku, lalu dia berfirman: Sesungguhnya Engkau tidak mengetahuai apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad ke belakang (inna-hum irtadduu ‘ala a’qabi-him al-Qahqariy)”. Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, Kitab al-Riqaq, bab al-Haudh halaman 379-386Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAWA. Mereka telah bersaing dan berlumba-lumba untuk dunia ini sehingga pedang-pedang mereka dihunuskan, berperang, dan saling mengkafirkan. Sebahagian sahabat yang besar menimbunkan emas dan perak. Para ahli sejarah seperti al-Masu'di di dalam kitabnya Muruj az-Zahab dan Tabari dan lain-lainya lagi mencatatkan bahawa kekayaan Zubair sahaja mencapai lima puluh ribu dinar, seribu ekor kuda, seribu orang hamba sahaya dan sejumlah tanah di Basrah, Kufah, Mesir, dan lain-lain lagi . Dan Talhah mempunyai kekayaan pertanian di Iraq di mana setiap harinya menghasilkan seribu dinar, konon lebih dari itu. Abdul Rahman bin Auf mempunyai seratus ekor kuda, seribu unta, dan sepuluh ribu kambing. Sesuku dari seperlapan hartanya yang dibahagi-bahagikan kepada isterinya selepas meninggalnya mencapai lapan puluh empat ribu . Ketika Uthman bin Affan meninggal dunia, beliau telah meninggalkan sejumlah seratus lima puluh ribu dinar, tidak terhitung binatang ternakdan tanah-tanah subur tidak terkira. Emas dan perak yang ditinggalkan oleh Zaid bin Thabit sedemikian banyaknya sehingga harus dipecahkan dengan kapak. selain dari harta dan tanah yang bernilai seratus ribu dinar
• Dan masih banyak Nubuwwah rasulullah berkaitan tantang masa yang akan datang dan kemudian terjadi seperti ,visi Nabi tentang terbunuhnya Ammer oleh golongan pendurhaka dan kemudian terjadilah sesuai dengan apa yang nabi “lihat” dalam visinya, dan Nubuwwah-nubuwwah lainnya, Tetapi untuk Abdullah bin Saba, kenapa tidak “terlihat” oleh Nabi suci kita.Kenapa nabi tidak menubuwwahkan tentang akan adanya penyusup dikalangan pasukan Imam Ali yang membuat Abu Dzar dan para sahabat lainnya terprovokasi sehingga kaum Muslimin kemudian berperang satu sama lain, seandainya Kisah Abdullah bin saba yang yahudi itu benar-benar ada?
2. Bila benar syiah merupakan ajaran Abdullah bin saba, dan bahwa Imamah Ali merupakan ajaran yang disusupkan oleh Abdullah bin saba, mengapa dalam kitab-kitab hadist syiah tidak tercantum periwayat yang bernama Abdullah bin saba. Ataupun dari kitab-kitab hadist sunni berkenaan dengan keutamaan Imam Ali ataupun kepemimpinannya , mengapa tidak tercantum nama Abdullah bin saba sebagai periwayatnya.
3. Selanjutnya, apakah para penyebar kisah Abdullah bin saba lupa,bahwa bila kisah tersebut benar berarti meniscayakan “adanya” faham-faham sesat yang menyusup ke kubu Ali yang didalamnya ada sahabat-sahabat setia yang Nabi dan firman Allah tidak menegurnya pada masa hidup Nabi.Padahal kita sama-sama tahu bahwa parasahabat macam: Abu Dzar al Ghiffar, Salman al farisi,Miqdad, dan para pendukung Ali adalah sahabat yang tidak pernah “ berdosa besar” semasa islam bersama-sama Nabi, tidak pernah lari dari perang sebagaimana sahabat-sahabat lainnya lari dari perang ( silakan kaji sendiri dalam sejarah),tidak pernah mempertanyakan kenabian Muhammad seperti sahabat lain yang berkata pada nabinya pada banyak peristiwa,” inikah yang mengaku Nabi” atau” benarkah anda Nabi?”, juga tidak ada satu ayat pun yang turun berkenaan dengan kesalahan mereka.Mempercayai kisah Abdullah bin saba sang Yahudi berarti pula mempercayai bahwa kubu Ali telah terkontaminasi “faham sesat yahudi” sementara kubu lawannya (Muawiyah cs) bersih dari “faham-faham sesat”,lalu bagaimana dengan hadist “ Ammar (pendukung Ali) akan dibunuh golongan pendurhaka” dan bagaimana pula dengan hadist “Inilah Ali imam orang-orang yang baik yang akan memerangi orang-orang yang fajir tertolonglah orang-orang yang menolongnya, dan hinalah yang tidak menolongnya “ ( AlHakim dengan riwayat Jabir bin Abdullah,juga ditemukan tema sejenis dalam Manaqib al Khawarizmihal111,Kifayahnya AlKunji asy Syafii hal221,Shawaiq kar Ibnu Hajar bab 9 pasal 2 hal193,jami`us Shagirnya Suyuthi 2/56,dan lain sebagainya ),lalu bagaimana pula dengan sabda Nabi “Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”sebagaimana yang diucapkannya di Ghadir Khum (seperti pembahasan sebelumnya)dan dalam berbagai kesempatan? Bila kelompok Ali terkotori oleh ”faham sesat”nya Ibnu saba sang yahudi,sementara kelompok Muawiyah bersih dari kekotoran tersebut, lalu apakah ucapan Nabi tersebut batal ?
4. Konsepku sebelumnya bahwa para sahabat itu adil, bersih, tanpa kesalahan sehingga pada peristiwa pembunuhan Usman, perang Jamal, Siffin dan seterusnya adalah karena dosa Abdullah bin Saba sang yahudi dan seluruh para sahabat yang terlibat perang tersebut mendapat pahala karena kedua kelompok berperang karena ijtihad mereka, membuatku semakin bingung. Betapa tidak, konsep keadilan para sahabat artinya membenarkan semua pertikaian yang terjadi di kalangan Ummat sebagai ijtihad yang mendapat pahala, bila salah mendapat satu dan bila benar mendapat dua dan artinya menganggap bahwa konflik adalah “sunnah sahabat”yang harus diikuti.itulah barangkali yang membuat para tokoh NII terus menerus berselisih dan berpecah sepeninggalPak Kartosuwiryi, dan bila kita jeli mengamati sejarah perpecahan Ummat Islam berlangsung semenjak zaman Sarekat Dagang Islam, dari paradigma ini semuanya dibenarkan karena merupakan sunnah para sahabat? Padahal, bukankah perpecahan itu adalah kesalahan dan kesesatan sebagaimana tercantum dalam Qur`an dan sunnah?
5. Dari pergulatan pemikiran dan pencarianku tentang kisah Abdullah bin Saba, salah satu hal yang menghalangiku untuk mengikuti mazhab ahlul bait, akhirnya sampailah aku pada kesimpulan yang kubuat sendiri.Kesimpulan pertama adalah bahwa pada konflik Ali melawan Muawiyah cs saya lebih suka memilih bahwa kelompok Ali bersih dari “propaganda sesat yahudi” bernama Abdullah bin Saba , perjuangan Ali dan kelompoknya adalah karena membela “kepemimpinan ‘ yang merupakan nash dari rasulullah, daripada harus memilih kelompok Ali yang digelari Allah dalam Qur`an Surat 97:7 sebagai Khairul bariyyah sebagaimana dalam ad-Durrul Mantsur dinukil dari Ibnu Abbas sebagiamana tertulis pula dalam kitabnya Ibnu Hajar, Shawâiqul Muhriqah, hal. 96, dan Muhammad Syablanji, Nurul Abshar, hal. 70 dan 101 bahwa sewaktu ayat ini turun rasul menjelaskan bahwa ayat ini berhubungan dengan Ali dan syiah (pengikut setia)nya : dirimu dan Syiahmu yang pada hari Kiamat akan memasuki padang Masyhar dalam keadaan ridha dan diridhai oleh Tuhan. Sementara musuhmu dalam keadaan murka dan dimurkai (Jalaluddin As-Suyuthi menukil dalam hadis yang sama dari Ibnu Mardawiyah , secara detail akan kita bahas pada bahasan selanjutnya) , dan bagaimana mungkin kelompok yang digelari Allah sebagai Khairul Bariyyah terkotori faham sesat. Artinya saya lebih memilih meyakini bahwa propaganda Abdullah bin Saba sang yahudi tidak pernah ada, atau saya pilih kemungkinan kedua sebagaimana pendapat dibawah ini.


Kemungkinan Lain tentang Abdullah bin Saba

" Ammar pada suatu hari berkata," Usman telah kafir terang-terangan."dan saat mendengarnya Ali kemudian menegurnya atas perkataan tersebut." Ibnu al Arabi

Setelah menukil tentang perkataan Ibnu Arabi di atas, Dr Ali al Wardi dalam bukunya Wuad as Salathin mengatakan," para sejarawan tidak mengatakan bahwa Amr adalah pengikut sabaiyyin, sepertinya mereka tidak berani menyematkan gelar tersebut pada sahabat agung tersebut," selanjutnya ia mengatakan," Sebenarnya Amr adalah sabaiyyah dengan sepenuh hati.ia senantiasa berfaham sabaiyyah hingga akhir hayatnya, dan saya berkeyakinan bahwa ia adaalah pimpinan kaum sabaiyyah yang terbesar, artinya sebenarnya ia adalah Ibnu saba atau Abdullah bin saba yang dimaksud."

Salah satu hal yang membuat doctor ini menduga kuat bahwa Amr adalah ibnu saba adalah kemunculan terang-terangan tokoh tersebut dalam perang Siffin , dan pada saat Amr bin yassir terbunuh dalam perang Siffin, tiba-tiba tokoh ini pun menghilang tanpa jejak.

Menurutnya Ibnu Saba sang Yahudi adalah gelar yang disematkan pada Ammr oleh lawan-lawan politik atau musuh-musuhnya dalam hal ini para propaganda politik Umayyah yang merupakan lawan-lawan politik Amr bin Yassir. Selanjutnya ia memaparkan berbagai kesamaan antara Amr bin yassir dengan tokoh Abdullah bin Saba yang misterius:
• Abdullah bin Saba dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda, Amr juga digelari Ibnu Sauda (putra budak hitam- gelar ejekan)
• Ammr lahir dari ayah berkebangsaan yaman , dan artinya ia adalah keturunan Saba ( Saba adalah Bapak moyang bangsa Yaman).Setiap orang Yaman biasa disebut ibnu saba.Seluruh penduduk Yaman adalah keturunan Saba bin Yasyjub bin Yakrub bin Qathon.Tidak ada Yahudi bermarga atau menggunakan nama Saba
• Ammr sangat cinta kepada Ali, begitupun Ibnu Saba
• Ammr pada masa kekuasaan Usman pernah pergi ke Mesir dan membangkitkan masyarakat untuk melawan Usman.Gubernur Mesir murka dan hendak menghukumnya.berita ini mirip seperti yang dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba, bahwa ia pernah ke Mesir dan menghasut penduduk Mesir melalui surat untuk melawan Usman.
• Dikisahkan bahwa Abdullah bin Saba pernah mempropagandakan bahwa Usman mengambil kekuasaan secara legal dan pemilik sebenarnya adalah Ali.hal ini mirip dengan kisah Ammr bahwa seusai pembaiatan Usman, Ammr memekik di dalam masjid,"hai orang-orang Quraisy, kalau kalian palingkan urusan ini dari ahlul bait nabi kalian kesana dan kesini , maka aku tidak akan merasa aman bahwa Allah akan mencabutnya dari kalian dan meletakannya pada selain kalian sebagaimana kalian mencabutnya dari pemiliknya yang sah lalu meletakannya pada bukan ahlinya."
• Ibnu Saba dikatakan pernah menghalangi upaya damai antara Ali dan Aisyah dalam perang Jamal di Basrah.dan bila kita mengkaji peristiwa perang Jamal , kita juga melihat peran Ammr sangat besar bersama Hassan dan Malik al Asytar untuk maju terus membela Ali melawan Aisyah cs.
• Selanjutnya dikatakan bahwa yang mengajak Abu Dzar untuk bangkit adalah Abdullah bin Saba kita dapat melihat pula bahwa Ammr dan Abu Dzar adalah teman dekat yang sering bertuikar fikiran satu sama lain, dan keduaduanya adalah pendukung Ali.
• Abdullah bin saba hilang dari panggung sejarah pasca perang siffin, alias tidak diberitakan lagi setelah perang Siffin, bertepatan dengan terbunuhnya Amr bin Yassir dalam perang Siffin.

( dari berbagai sumber)

Senin, 20 Juli 2009

ESTAFETA KEPEMIMPINAN UMMAT DI GHADIR KHUM, SUATU FAKTA SEJARAH II


Bukti-bukti lain dari berbagai riwayat ahlusunnah yang menunjukan bahwa peristiwa GhadirKhum benar-benar ada

Oleh : Abu Shadra

Seperti telah saya katakan sebelumnya bahwa dalam kitab-kitab hadist syiah , hadist-hadist tentang peristiwa ini banyak berserakan dari berbagai jalur rantai periwayat.Tetapi Dalam ahlusunnah, hadis-hadist seputar peristiwa ghadir khum memang tidak sebanyak dalam riwayat Syiah.para penulis hadist sunni seperti berusaha menyembunyikan dan menutupnya rapat-rapat, berbeda dengan hadist "berpegang pada Kitabullah dan Sunah nabi" , walaupun tidak mencapai derajat mutawatitr bahkan tidak terdapat dalam Bukhari Muslim yang sering mereka anggap sebagai kitab hadist paling sahih,pegangan kedua setelah Kitabullah, mereka para ulama ahlusunnah menyebarluaskan hadis yang kurang kuat tersebut, tetapi untuk hadis ghadir khum, mereka seperti menutup, menyembunyikan, dan menjauhkannya bagi ummat sebagai sebuah cerita masa lalu yang tidak begitu penting.

Tetapi, kekuatan apa pun yang berusaha menyembunyikan kebenaran, dan serapi apa pun, cahaya kebenaran tetap tidak dapat dipadamkan.Seperti upaya menghapus kabar-kabar nubuwwah tentang kenabian Muhammad dari kitab-kitab agama-agama samawi didunia, toh akhirnya terkuak juga bahwa nubuwah yang berisi informasi tersebut masih tersimpan rapi dalam kitab mereka walau dalam bentuk metafora sekalipun.

Walaupun hadist-hadist seputar suksesi penting tersebut terkesan disembunyikan, berbagai kesaksian-kesaksian atau pembenaran-pembenaran lainnya tentang peristiwa tersebut bertebaran pula dalam berbagai kitab hadist Ahlussunnah, sebagai bangunan argumentasi yang kokoh, berbagai fakta satu sama lain saling menguatkan, ibarat sebuah bangunan yang kokoh tak bergeming. Saking banyaknya rantai periwayatan yang menguatkan peristiwa tersebut , Ustadz Hasan salah seorang mantan pengikut Wahabi bahkan menyatakan beberapa saat ektika dahulu sebelum tasyayunya," Hadist tentang doa iftitah saja yang berbunyi " Allahumma ba'id baini wa baina khotoya…., atau hadist doa attahiyat yang berbunyi," attahiyatu mubarokatu" dst….saja periwayatnya tidak sebanyak ini, tapi disahihkan bahkan diamalkan oleh kaum Wahabi yang terkenal sangat berhati-hati terhadap hadist, apalagi hadist ghadir khum yang lebih dari sekedar mutawatir, dari kitab yang saya punya saja ada riwayat dan kesaksian-kesaksian para sahabat sebanyak 34 pahlawan badar yang menyaksikan peristiwa tersebut, sementara yang menyaksikan Nabi membaca doa iftitah atau membaca attahiyat sebagaimana tadi saya sebutkan saja tidak lebih dari dua orang. Jadi, mengapa kita meninggalkan dan tidak mengamalkan wasiat Nabi tersebut?"

Ghadir Khum dan Asbabunnuzul

alWahidi dalam kitabnya Ababun nuzul ketika menafsirkan surat alMaidah ayat 67 yang berbunyi : “Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan padamu dari Tuhanmu,jika kamu tidak kerjakan yang demikian berarti kamu tidak menyampaikan seluruh apa yang diamanahkanNya padamu.Allah memeliharamu dari gangguan manusia, sesungguhnya Allah tidak memberikan hidayah pada orang-rang yang ingkar ,”mengutip perkataan Abu Sa`id al Khudr yang berkata,” Ayat ini turun pada hari Ghadir Khum, berkenaan dengan pidato nabi tentang Ali bin Abi thalib. Ats Tsa`labi meriwayatkan pula melalui dua sanad dalam alKabirnya berkenaan dengan turunnya ayat tersebut..dan diriwayatkan pula oleh al hamwini asSyafii dalam alFaraid dengan mengambi beberapa sanad dari Abu Hurairah secara marfu`, dikutip pula oleh al Hafidz Abu Nu`aim dalam kitab Nuzulul Qur`annya melalui dua sanad yaitu dari Abu rafi` dan yang keduanya dari al-A`masy dari `Atiyyah (secara marfu`).

Abu Ishaq Ats Tsa`labi meriwayatkan pula dalam alKabirnya berkenaan dengan penafsiran surat alma`arij : 1-2 yang berbunyi,” Seseorang telah meminta kedatangan adzab yang menimpa orang kafir, dan tidak seorangpun dapat menolaknya.” Dengan melalui dua sanad yang mu`tabar bahwa : rasulullah telah mengumpulkan banyak orang pada peristiwa Ghadir Khumm saat rasul mengangkat tangan Ali dan berkata,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .”.maka tersiarlah berita itu hingga didengar Harist bin nu`man al Fihri>ia segera mendatangi Rasul sambil mengendarai ontanya.Setiba di hadapan beliau, ia segera turun dari onta dan bertanya,” Ya Muhammad, engkau telah menyuruh kami bersaksi Tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah rasulallah dan kami menerimanya. Dan engkau perintahkan kami untuk shalat 5 kali sehari dan kami menjalankannya, engkau perintahkan kami zakat, kami tunaikannya, dan engkau suruh kami berhaji dan kami menerimanya> namun anda belum puas dengan semua itu sehingga anda akan lengan sepupu anda (Ali) sambil berkata,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .”Apakah ini dari anda pribadi atau dari Allah.jawab rasul,” Demi Allah yang tiada Tuhan kecuali Dia ini adalah ketentuan Allah `Aza wa Jalla, Mendengar itu, pergilah al Harist pergi menuju ontanya sambil berkata dengan sinis ,” Ya Rabb, jika apa yang dikatakan Muhammad memang benar, maka turunkanlah hujan batu dari langit, atau datangkanlah pada kami azab yang pedih.” Berkata perawi, “Maka Allah melemparinya dengan batu yang menembus tubuhnya hingga jatuh terkapar dan mati sebelu mencapai ontanya.” Hadist serupa juga diriwayatkan oleh tokoh-tokh ahlusunnah lanya seperti Allamah Syablanji dalam Nurul Abshar pada bab Riwayat Hidup Ali, juga ditulis oleh al-halabi dalam sirahnya halaman 214 jilid III.


Munasyadah al Rahbah35 H

Al rahbah artinya beranda, yaitu suatu tempat dimana pada saat Ali naik menjadi khalifah setelah Usman terbunuh, beliau menyelesaikan berbagai permasalahan Umat di beranda masjid kota Kuffah 25 tahun setelah peristiwa Ghadir Khum , tepatnya pada tahun 35 H setelah kaum muslimin mengalami berbagai peristiwa yang memakan korban para saksi ghadir khum antara lain peperangan-peperangan yang banyak memakan korban terutama di pada masa kekuasaan Abu Bakar, serta wabah kolera yang memakan banyak jiwa kaum muslimin termasuk para sahabat yang ikut menyaksikan peristiwa ghadir khum, Amirul Mu`minin Ali bin Abi thalib yang baru dibai`at sebagai khalifah mengumpulkan orang banyak dihalaman masjid sambil berpidato ,” Aku mengajak demi Allah pada tiap orang diantara kalian yang telah mendengar apa yang diucapkan rasulullah di ghadir Khum agar berdiri memberikan kesaksian dari apa yang telah didengarnya.Dan hendaklah jangan kalian berdiri kecuali mereka yang benar-benar telah melihat peristiwa itu dengan kedua matanya dan mendengar apa yang Rasul katakan saat itu dengan kedua telinganya !’ maka berdirilah 30 orang dikalangan sahabat, duabelas diantaranya adalah pejuang Badar. Dan mereka semuanya memberikan kesaksian bahwa Rasul telah mengangkat lengan Ali dan bersabda ,” apakah aku lebih berhak menjadi wali orang-orang mu`min lebih dari diri mereka sendiri.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.” Beliau berkata lagi ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Musnad Ahmad , jilid I halaman 119, dirawikan dari Abdurahman bin Abi Laila ).

Masih dalam musnad Ahmad diriwayatkan dari berbagai jalur periwayatan lain di akhir halaman 119 juga disebutkan pula oleh Ibnu Qutaibah ad daruni dalam kitabnya Ma`arif di akhir halaman 94 menurut riwayat Abdurahman bin Abi laila dan beberapa jalur lain , bahwa ketika itu Ali berkata kepada Anas “ mengapa engkau tidak berdiri bersama sahabat lainnya dan memberikan kesaksian seperti apa yang anda dengar ketika itu ? “ Ans menjawab “ Usiaku telah lanjut dan aku telah lupa.” Ali berkata,” Baiklah, jika apa yang kau ucapkan itu bohong, semoga Allah menimpakan penyakit belang atas tubuhmu sehingga tidak tertutup sorbanmu.”Dan tidak lama kemudian dia dirimpa penyakit belang hingga meliputi seluruh mukanya.” Aku terkutuk oleh doa hamba Allah yang saleh.” Katanya kemudian.


peristiwa ini diriwayatkan pula oleh Zaid bin Arqam bisa dirujuk dalam berbagai kitab sunni antara lain al Haitsami dalam majmaul Zawaaid, almaghazili dalam alManaqib , Thabrani dalam alKabir, atTabari dalam Zakhair al Uqba, al Hafisz Muhammad bin Abdullah dalam alFawaaid,dll.

Kisah senada juga diriwayatkan oleh Abu Thufail Amir bin Watsilah sebagaimana direkam oleh Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya , an Nasai dalam Khasais, Abu dawud dalam, al Ashimi dalam Zainal fata, Al Kunji dalam kifayah, at tabari dalam Riyad an Nadhirah, Ibnu katsir dalam bidayah, Ibu Atsir dalam Usud al Ghabah, dll
Disamping itu Ibnu katsir dalam tarikhnya meriwatkan kejadian serupa dari Ahmad bin hambal


Ali mengingatkan Thalhah pada perang Jamal

Saat berkecamuknya perang Jamal, terekam oleh kitab-kitab hadist dan sejarah dialog yang terjadi antara mereka berdua, saat itu diceritakan bahwa Ali berkata pada Thalhah,"Aku bermunasyadah atas nama Allah, tidakkah engkau pernah mendengar bahwa nabi pernah berkata, ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya." Jawab Thalhah," ya, aku pernah mendengarnya" Lalu Ali bertanya," kalau begitu, mengapa engkau memerangiku?" Thalhah menjawab," aku lupa."Al hakim meriwayatkan dalam Mustadraknya , juga diriwayatkan Mas'udi dalam Muruj al Zahab, Khatib al Khawarizmi dalam al manaqib, Ibnul jauzy dalam tadzkirah, Ibnu hajar dalam al tahzib, al Haitsami dalam majmaul Zawaid, jalaluddin Suyuthi dalam jami al Jawami, dll


Pernyataan-pernyataan lain yang menguatkan

Juga disebutkan dalam Musnad Ahmad ( juz V halaman 419) dari Riyah bin harist melalui dua saluran hadist, katanya ,” sekelompok orang mendatangi Ali seraya mengucapkan ,” Assalaamu`alaika ya Amiru mu`minin,” Ali bertanya,” siapa kalian?’ “ kami adalah pengikut tuan.” Jawab mereka. Lalu Ali bertanya,” bagaimana kalian menganggap aku sebagai Wali kalian , sedang kalian adalah orang-orang Arab.” Jawab mereka,” kami telah mendengar rasul bersabda pada peristiwa Ghadir Khum ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. .” berkata Riyah ( perawi hadist ini) : ketika mereka pergi, aku ikut bersama mereka dan menanyakan tentang orang-orang ini, siapakah mereka, dan aku mendapat jawaban bahwa mereka adalah sekelompok kaum Anshar, diantaranya ada Abu Ayyub al anshari.”


Munasyadah Pada Masa Usman bin Affan

Sebagaimana diriwayatkan alHimwaini dalam Faraidu Simthoin , Sulaim bin Qois alHilali menyaksikan bahwa saat itu pada masa Usman bin Affan berkuasa berkumpul di masjid Nabawi lebih dari 200 sahabat termasuk diantaranya Miqdad, Saad Bin Abi Waqass, Ibnu umar, Thalhah, Zubair, dan lain-lain, mereka membicarakan keutamaan kaumnya, saat itu Ali berkata panjang lebar yang diantaranya adalah pernyataan-pernyataan Nabi tentang keutamaan Ali dan ahlulbait Nabi termasuk diantaranya yang nabi ucapkan di Ghadir Khum

Peristiwa syura 23 H

Jauh sebelum itu, pada peristiwa syura, Ali melakukan dialog pada para peserta syura, disana Ali mengambil kesaksian-kesaksian, salah satunya adalah sebagaimana diceritakan Abi At Tufail Amr bin watsilah sebagaimana tercatat dalam Khashaisul Alawiyah (AnNasa`i) menceritakan bahwa Ali berkata pada mereka," Apakah diantara kalian ada yang seperti diriku dimana Rasul berkata padanya,"Barangsiapa yang mengakui aku adalah pemimpinnya maka ketahuilah bahwa Ali adalah pemimpinnya, Ya Allah befihaklah pada orang-orang yang memihaknya, belalah orang-orang yang mengikuti wilayah (kepemimpinannya) , dan musuhilah orang-orang yang menentang kepemimpinannya."

Hujjah Keluarga nabi tentang alghadir

Al muqiri asSyafii dalam Asnal al Matalib meriwayatkan debat antara Fatimah dengan para sahabat Nabi, dari percakapan yang cukup panjang terungkap pula pernyataan fatimah ,"Apakah kalian lupa perkataan rasulullah pada hari al Ghadir ," ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya."

Al Hafidz Abul Hassan bin Uqdah meriwayatkan bahwa pada saat Imam Hassan menandatangani kesepakatan dengan Muawiyah , Imam berkata,"Bukankah ummat ini mendengar perkataan nabinya saat memegang tangan Ali di Ghadir Khum sambil berkata ," ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya." Dan Nabi memerintahkan agar yang hadir menyampaikannya pada yang tidak hadir."

Sulaim bin Qais pun meriwayatkan bahwa duatahun setelah kematian Muawiyah , Imam Husein berpidato dihadapan 700 orang jemaah haji di mina yang termasuk diantaranya adalah para sahabat, tabiin, Bani hasyim dan para pengikut setia al Husein," Aku bermunasyadah pada Allah, bukankah kalian tahu bahwa Nabi di ghadir Khum berkata sambil mengangkat tangan Ali ”Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka (aku angkat) Ali sebagai walinya, Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (Ali)dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya, dan hendaklah yang mendengar hal ini menyebarluaskan kabar ini pada yang belum mendengarnya," semua yang berkumpul memberikan kesaksian.

Begitulah sekelumitnya pencarian ku tentang kebenaran peristiwa ghadir khum tersebut, saat saya masih mempelajarinya, sekelompok teman yang terpengaruh faham wahabi datang dan mengatakan bahwa peristiwa tersebut tidak detail disebutkan dalam bukhari-muslim, lalu saya katakana kepada mereka,” bukankah hadist “Kitabullah wa sunnatun nabi" pun tidak kutemukan dalam bukhari muslim. Dan kalau hadist yang sebegini banyak jalur periwayatannya saja kita tolak, kenapa kita melakukan shalat, padahal hadist-hadist tentang tata cara shalat saja tidak sebanyak ini jalur periwayatannya."

Masih banyak lagi berbagai riwayat lain yang begitu melimpah bukti-bukti yang menguatkan kebenaran peristiwa tersebut,Bahkan jauh-jauh hari sebelum peristiwa penting tersebut terjadi, nabi selalu mengulang-ulang pesan penting tentang kewilayahan Ali, dan pentingnya berpegang pada Aststaqolain (dua pusaka) Kitabullah, dan ahlul bait Nabi , dalam berbagai kesempatan , pernyataan-pernyataan nabi tersebut terdapat di berbagai kitab hadist sunni yang pada kesempatan selanjutnya akan kami muat dalam tulisan tersendiri

Di akhir tulisan ini,saya akan tutup dengan kisah seorang perempuan pemberani bernama Darumiyah, saat ditanya oleh Muawiyah tentang alasan mengapa Darumiyah begitu mencintai Ali, Darumiyah memberikan serangkaian argument yang salah satunya adalah,"Aku berwilayah pada Ali karena rasulullah telah mengangkatnya sebagai pemimpin ummat sepeninggalan beliau , bahkan bukankah peristiwa itu terjadi dihadapan batang hidungmu wahai Muawiyah."( Zamakhsyari dalam rabiul abrar)

ESTAFETA KEPEMIMPINAN UMMAT DI GHADIR KHUM, SUATU FAKTA SEJARAH


Ditulis oleh : Abu Shadra

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim (penentu keputusan ) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “ (Q.S 4 :65 )
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya pada kalian maka tinggalkan.” (Al-Hasyr: 7).


Perpecahan yang terjadi dalam tubuh NII adalah Satu hal yang sangat mengguncangkan keyakinan saya akan klaim tentang keberadaannya sebagai Lembaga Kepemimpinan Risalah atau sering ketika itu kami istilahkan dengan sebutan Lembaga Kerasulan yang "konon" secara estafet berasal dari Lembaga kerasulannya Muhammad .Walaupun kenyataan tersebut berusaha ditutup-tutupi oleh para pimpinan NII dengan munculnya larangan bagi kami untuk bersilaturrahmi dengan orang-orang tua atau ahluljabal (sebutan bagi para sesepuh , atau para tokoh senior yang pernah menjadi Tentara Islam Indonesia ), pada akhirnya kami tahu juga melalui buku-buku yang kami baca, salah satunya adalah buku –bukunya Alchaidar yang banyak mengupas tentang realitas yang terjadi di tubuh NII. Akhirnya kami berusaha mengkonfirmasi berita itu dengan bertanya pada para ahlul jabal yang masih hidup, yang kemudian diakui pula oleh mereka.

Dari silaturahmi kami dengan para tokoh sepuh dan para "orang atas" alias "petinggi" seperti Pa Abdul Munir Fattah, Kang Wahyu Wanaraja garut (dari rumahnyalah fatwa pembunuhan Jaja, tokoh aliran fillah yang dianggap bughot keluar dari mulut Pa Aceng Kurnia ), dan dari para putra dan menantu Pa kartosuwiryo kami mendapati suatu kenyataan yang sangat mengguncang keyakinan kami pada Imamah NII, betapa tidak, ternyata setelah wafatnya Kartosuwiryo imam pertama NII, kepemimpinan NII sempat vacuum atau terputus hingga sekitar tahun 1979 artinya terjadi kekosongan kepemimpinan atau bahasa kasarnya adalah terjadinya (kepemimpinan Ilahi ?)yang "istirahat"sejak ditangkapnya Pak kartosuwiryo, mereka mengistilahkannya sebagai masa "fatroh", berbeda dengan yang selama ini diklaim para ustadz alias trainer kami bahwa kepemimpinan NII terus estafet .Tentang cerita-cerita dari para trainer kami bahwa kepemimpinan berlanjut secara estafet ke Kahar Mudzakar, hingga ke Daud Beureuh adalah rekaan yang munculnya entah darimana, kenyataannya adalah Abu daud Beureuh sekitar 69-70an sibuk sendiri dengan mendirikan Republik Islam Aceh.Bila ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan sempat singgah di Kahar Muzakar, hingga ke Daud Beureuh justeru merupakan tandatanya besar,mengapa sebuah peristiwa sepenting itu tidak ada dokumen resmi atau pernyataan dari tokoh yang bersangkutan , atau dari para anggota majelis syuro yang mengangkat mereka sebagai Imam, bila memang estafeta tersebut benar-benar ada.Kenyataan yang terjadi adalah bahwa pada tahun 70an ,para anggota majelis syura NII sebagian besar berada di dalam penjara, para eksponen Tentara islam Indonesia pun kocar-kacir tak menentu tanpa tahu siapa pemimpin mereka pasca ditangkapnya pak Kartosuwiryo.Kenyataan tersebut diakui oleh Pak Abdul Munir Fattah sebagai berikut," harus diakui secara jujur, sejak tahun 69, NII secara deyuro dan defacto sudah tidak ada lagi, dengan kata lain NII sudah bubar dan kita memulainya lagi dari awal!!" .darisini, munculah Gerakan NII yang menamakan dirinya aliran atau kelompok NII fillah, mereka memiliki konsep bahwa NII sudah bubar dan mereka memulainya lagi sebagai sebuah gerakan untuk mendirikan kembali Negara Islam Indonesia,mereka menyebut pemimpin mereka bukan sebagai Imam tetapi koordinator.Dikatakan oleh para tokoh Fillah bahwa kita harus menerima taqdir bahwa NII sudah bubar saat ini, dan hal tersebut merupakan ketentuan Allah sebagai suatu ujian, suatu kenyataan yang oleh Pa Kartosuwiryo pernah digambarkan bahwa suatu hari nanti akan ada badai fitnah, danJihad Fi sabilillah akan beralih kembali pada Jihad Fillah.Pada tahun 1979 setelah munculnya Revolusi Islam Iran, semangat para orangtua muncul kembali, sekelompok orang mengadakan pertemuan dan mengangkat Adah jaelani Tirtapraja sebagai Imam, roda pergerakan pun bergulir kembali.Imamah Adah jaelani kemudian ditolak oleh pak Abdul Fattah Wiranagapati yang mengklaim bahwa Imamah jatuh ketangannya dengan menunjukan bukti adanya surat dari Kartosuwiryo tentang adanya pengangkatan dirinya sebagai Wakil Imam Sementara, bila Imam pada saat itu(Kartosuwiryo) tertangkap musuh, buku kecil berjudul atTibyan pun sempat saya baca yang dikeluarkan dari kelompok NII versi Pa Fattah yang isinya klaim bahwa kepemimpinan NII yang sah adalah NII versi Pak Fattah.Aliran NII Abdul Fattah Wiranagapati ini pun terpecah kembali, dengan peristiwa diberhentikannya Pak Fattah oleh anggota majelis syuronya, peristiwa pemberhentian tersebut terjadi 2 kali, sekelompok orang yang setia tetap mengikuti Pa Fattah sebagai Imam. Kemudian muncul lagi klaim lain, para anggota majelis syuro yang keluar penjara sekitar tahun 80an, menyatakan bahwa kepemimpinan Pa Adah Jaelani tidak sah dikarenakan musyawarah pengangkatan Adah jaelani tidak memenuhi syarat, anggota majelis syuranya kurang dari sepertiga kuorum , disamping munculnya para saksi yang menyatakan bahwa Adah Jaelani pernah desersi alias kabur dari pertempuran, kelompok ini mengangkat Tahmid Balsuki putera Pak kartosuwiryo.Menyusul setelah itu , Ajengan Masduki yang merupakan salah seorang anggota majelis syura NII versi pa Adah melakukan aksi walk out dari sidang sambil sebelumnya memukul meja dan menyatakan, " Adah jaelani batal sebagai Imam," perpecahan pun terus berlanjut, dan begitulah seterusnya hingga munculnya kelompok-kelompok sempalan .

Saat itu hati saya menjerit, mengapa Allah tidak menunjuk langsung pemimpin Ummat melalui lisan nabi, sehingga tidak ada perpecahan seperti yang terjadi saat ini,ummat terpecah ke dalam kelompok-kelompok yang masing-masing mengklaim punya Pemimpin sendiri-sendiri.Mengapa Allah membiarkan ummat ini bingung memilih siapa pemimpinnya, padahal bukankah kepemimpinan adalah hal yang sangat fundamental, tanpa pemimpin ummat akan terpecah, kebenaran akan menjadi bias-bias yang semakin membuat ummat kebingungan.Kepemimpinan yang dipilih secara musyawarah pada akhirnya selalu membuat perpecahan, ketidak puasan, sebagaimana yang yang terjadi di tubuh NII, lalu mengapa Nabi wafat tanpa menunjuk khalifah setelahnya sehingga ummat kebingungan dan berpecah-pecah. Padahal, bukankan tiap-tiap ummat akan dipanggil kelak bersama pemimpin-pemimpin mereka ?

Kemudian , sekitar tahun 99, saya dipinjami sebuah buku oleh seorang rekan yang sudah lebih dulu hengkang dari harokah, sebuah buku kecil berjudul Ghadir khum tersebut sampai ke tangan saya.Isi buku itu adalah tentang pemaparan sebuah fakta sejarah , bahwa adanya suksesi kepemimpinan ummat dari nabi Muhammad pada Ali bin Abi Thalib, dengan kata lain, sebelum Nabi wafat beliau menunjuk Ali sebagai pelanjut kepemimpinan Umat, tidak seperti prasangka saya selama ini, bahwa Nabi membiarkan ummat berpecah tanpa menunjuk pemimpin Ummat yang akan menggantikan beliau . Setelah membuka-buka sedikit buku tersebut dan mengetahui bahwa penulisnya adalah seorang syiah, saya menutup kembali buku tersebut, dan menyembunyikannya supaya para yunior atau adik-adik angkatan kami tidak terpengaruh isi buku tersebut, seperti yang saya sebut dalam artikel saya sebelumnya, fanatisme telah menutup mata, telinga dan hatiku rapat-rapat, walau dari cahaya kebenaran sekalipun. Dan bila ada yang kebetulan bertanya tentang masalah tersebut, selalu saya jawab bahwa buku itu ditulis orang-orang syiah yang sangat mengkultuskan Ali(padahal kami pun saat itu sangat mengkultuskan para pemimpin kami dan para sahabat nabi, kami tidak rela kesalahan sahabat dibuka-buka walaupun itu adalah kenyataan), mempertuhankan Ali, menganggap bahwa Jibril seharusnya menurunkan wahyu pada Ali bukan Muhammad, mereka yang sering bertelanjang bulat dalam memperingati peristiwa karbala, kelompok fanatik yang menganggap bahwa berziarah ke makam Imam mereka lebih mulia dari berhaji ke baitullah, yang Quran mereka berbeda dengan yang kita yakini, dan lontaran-lontaran fitnah keji lainnya tanpa berusaha mau tahu yang sebenarnya, apakah benar syiah seperti yang sering dituduhkan ( pada bahasan-bahasan berikutnya kami akan ungkap tentang kedustaan isu-isu seputar syiah, semoga Allah mengazab penyebar dusta)

Selanjutnya seperti biasanya, buku itu langsung saya konfirmasikan pada atasan saya yang juga merupakan teman dekat seangkatan saya , dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan intelektualitas saya saat itu.” Si Alex sekarang mulai terpengaruh faham Syiah juga.” Jawabnya enteng setelah melihat-lihat sedikit isi buku itu, sama sekai tidak terlihat adanya kesungguhan untuk mempelajarinya. Sama seperti saya dan rekan-rekan aktifis NII yang lainnya , fanatisme telah menutup akal fikiran bahkan hati kami.

Saat ini, buku-buku yang membahas peristiwa ghadir khum tersebut ada di hadapan saya, dan saya susun artikel ini dengan tujuan mengajak para pembaca sekalian untuk meneliti kebenaran peristiwa tersebut dengan menghilangkan terlebih dahulu berbagai hijab yang membelenggu fikiran kita, kita akan menjadi hakim dari berbagai berita seputar peristiwa tersebut hingga jelas yang benar, dan jelas pula yang salah di hadapan mahkamah akal dan hati nurani kita masing-masing.Kuncinya adalah objektifitas dan kejujuran hati kita.

Dari sudut pandang syiah, hadist-hadist seputar peristiwa Ghadir Khum yang menceritakan tentang mandat Rasululah pada Ali untuk melanjutkan kepemimpinan ummat adalah sangat mutawatir, Sebut saja Syekh Saduq , Syekh Thusi, dan para muhadist Syiah lainnya meriwayatkan peristiwa tersebut dari berbagai rantai periwayatan yang hingga mencapai ratusan hadist ,bahkan ribuan kesaksian yang saling menguatkan satu sama lain.Berbeda dengan saudara-saudara di kalangan ahusunnah, hadist-hadist seputar peristiwa ini cenderung seperti ditutup tutupi, sudah menjadi rahasia umum bahwa intervensi penguasa pada saat perkembangan mazhab tersebut sangat kentara.Kita semua sama-sama tahu, bahwa para ulama-ulama dikalangan ahlusunnah yang konsisten dan tidak sefaham dengan penguasa banyak yang ditangkap, disiksa, bahkan dieksekusi para penguasa saat itu, sebut saja Imam Hanafi, Imam Syafii, Ibnu hazm, dan banyak nama lainnya yang barangkali perlu tulisan tersendiri untuk membahasnya.

Dalam membahas peristiwa Ghadir Khum ini , kami akan berusaha mengemukakan hadist-hadist dari kalangan saudara kami ahlussunnah, karena sebagaimana yang saya alami dulu saat masih menjadi pengikut ahlussunnah, hadist-hadist syiah tidak berarti apa-apa bagi saya saat itu.Sama seperti bila kita berhujjah dengan kaum agama lain misalnya, mana mau mereka menerima hujjah kecuali dari kitab mereka sendiri.banyak pula diantara mereka yang walaupun telah dipaparkan dengan berbagai argumentasi tak terbantahkan darikitab mereka sendiri yang masih keras kepala, menutup hatinya rapat-rapat dari kebenaran, mudah-mudahan para pembaca disini tidak termasuk yang demikian, insya Allah Amin.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Alqur`an ,” mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan ucapan-uacapan mereka, namun Allah berkehendak menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang musyrik itu benci.”walaupun ada upaya-upaya sistematis dari para penguasa pada masa lalu untuk menutup-nutupi fakta penting sejarah ini, berbagai hadist seputar peristiwa tersebut, dan puluhan hadist lainnya yang saling menguatkan satu sama lainnya dan berbagai riwayat yang “tanpa sengaja” membenarkan peristiwa tersbut bertebaran disana-sini, berikut kami akan paparkan hadist-hadist tersebut :


Dari Zaid bin Arqam, ia berkata ‘” Rasululah saw telah berpidato di suatu tempat bernam,a Ghadir Khum, di bawah beberapa batang pohn. Beliau berkata,” Wahai manusia , hampir tiba saatnya aku akan dipanggil kembai.Dan aku pasti akan memenuhi panggilan tersebut.dan aku akan dimintai pertanggung jawaban . Dan kamupun akan dimintai pertanggungjawaban .maka apa yang akan kamu katakan ? Mereka menjawab,” Kami bersaksi bahwa engkau menyampaikannya, telah berjuang serta memimpin kami setulus-tulusnya.semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya.” Lalu rasul melanjutkan,” Bukankah kalian bersaksi tentang La Ilaaha ilallah Muhammadurasuulullah , dan bahwa surga haqq, kebangkitan itu haqq,dan bahwa hari qiyamat itu benar , tiada keraguan tentangnya dan bahwa Alah akan membangkitkan kembali semua yang ada di liang kubr? “ jawab mereka,” Ya Alah saksikanlah.”Selanjutnya rasul melanjutkan,” wahai manusia, sungguh Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Kemudian beiau melanjutkan lagi,” Wahai manusia , bahwa aku akan mendahului kalian, dan kelak kalian akan menghadap aku di telaga Haudh.Hudh lebih luas daripada Bushra ke Shan`a, disana tersedia gelas-gelas perak sebanyak bintang dilangit.dan aku saat itu akan bertanya pada kalian tentang Tsaqolain ( dua pusaka) bagaimana kalian memperlakukannya sepeninggalanku.Astaqol yang teragung adalah Kitabullah , ujung yang satunya di “tangan” Allah, yang satu lagi di tangan kalian.maka berpeganglah erat padanya, niscaya kalian tidak akan sesat, tidak berubah arah.Yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh.( HR Thabrani, Ibnu Jarir, Al Hakim, Tirmidzi dari Zaid bin Arqom. Tentang hadist tersebut, bahkan Ibnu Hajar yang sangat membenci Syiah dalam halaman 25 Kitab Sawa`iqnya mengutip hadist tersebut dari Thabrani dan membenarkan hadist tersebut tanpa keraguan.

Selanjutnya al Hakim dalam Mustadraknya bab Manaqib Ali meriwayatkan hadist serupa Dari Zaid bin Arqam, dari dua saluran yang disahihkan sesuai dengan yang disyarat kan Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan pula oleh adz Dzahabi dalam kitabnya at Talkhis , seraya mengakui kesahihannya; Zaid bin Arqam berkata ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan teah sampai suatu tempat bernama Ghadir Khum, beliau memerintyahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah, di bawah beberapa batang pohon. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang teragung adalah Kitabullah , yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahlul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai menemui aku di Haudh..lalu beliau memegang tangan Ali sambi berkata ,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.

Dan diriwayatkan pula peristiwa tersebut oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid IV meriwayatkan hadist serupa melalui Zaid bin Arqam ,katanya ‘” Kami berhenti di suatu lembah bernama Ghadir Khum, beliau memerintahkan untuk mendirikan shalat, lalu beliau sholat pada waktu hari sudah siang terik, Beliau berpidato dihadapan kami, sehelai kain kain direntangkan di atas sebatang pohon untuk melindungi tubuh beliau dari sengatan matahari, Lalu beliau berkata,” wahai manusia, apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.” Yang hadir menjawab,” benar ya rasulullah.” Beliau melanjutkan ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”

Selanjutnya An Nasa`I meriwayatkan pula Dari Zaid bin Arqam, katanya ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan berhenti di Ghadir Khum, beliau memerintahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang salah satunya lebih besar dari yang lain, Kitabullah , dan itrahku ahlul baitku , keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh. Lalu beliau melanjutkan,” ,” Sesungguhnya aku adalah maula seluruh kaum mu`min ,lalu Rasul mengangkat tangan Ali sambi berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”hadist tersbut juga diriwayatkan juga oleh Muslim pada sahihnya dalam bab keutamaan Ali dari beberapa saluran dari Zaid bin Arqam, tapi hadist tersebut dipotong ringkas, begitulah yang biasa mereka lakukan.

Dari al Barra` bin Azzib melalui dua saluran , ia berkata ‘” Kami bersama-sama Rasulullah berhenti di Ghadir Khum, maka diserukanlah untuk mendirikan shalat, lalu dibersihkanlah tempat bagi rasul dibawah dua batang pohon, lalu beliau sholat Dzuhur,Setelah itu Beliau mengangkat tangan Ali sambil berkata,” wahai manusia, apakah aku lebih berhak menjadi wali orang-orang mu`min lebih dari diri mereka sendiri.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.” Sambil mengangkat tangan Ali rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Seteah itu Umar datang menemui Al dan berkata,” Alangkah bahagianya anda wahai Ali binAbi Thalib, kini engkau menjadi maula seluruh mu`min dan mu`minah ( Musnad Ahmad , jilid IV halaman 281 ).

Dan telah diriwayatan oleh anNasa`ai dari Aisyah binti Sa`ad, katanya ,” Kudengar ayahku berkata : “ Aku mendengar Rasulullah ketika berada di Juhfah berkata setelah memuji Allah,” ,” wahai manusia, aku adalah wali kalian ?.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.”Lalu beliau mengangkat lengan Ali seraya berkata,” Inilah waliku yang akan melunasi hutangku , bertindak atas namaku.dan aku bersama siapa yang memperwalikannya dan aku musuhi siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab keddudukan Ali halaman 4 dan halaman 25

Dari Sa`ad ,” ‘” Kami bersama-sama Rasulullah di Ghadir Khum, beliau berhenti sambil menunggu kedatangan rombongan rombngan yang dibelakangnya , dan memerintahkan agar orang-orang yang telah mendahuluinya agar kembali dan berkumpul semuanya,Setelah semuanya bergabung Beliau berkata,” wahai manusia, siapakan waliMu ” Mereka menjawab ,” Allah dan RasulNya.” Sambil mengangkat tangan Ali dan menyuruh Ali berdiri rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya sebagai walinya, maka Ali adalah walinya juga. Ya Allah cintailah siapa yang berwilayah padanya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab kedudukan Ali halaman 25 ).