Senin, 20 Juli 2009

ESTAFETA KEPEMIMPINAN UMMAT DI GHADIR KHUM, SUATU FAKTA SEJARAH


Ditulis oleh : Abu Shadra

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim (penentu keputusan ) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. “ (Q.S 4 :65 )
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang dilarangnya pada kalian maka tinggalkan.” (Al-Hasyr: 7).


Perpecahan yang terjadi dalam tubuh NII adalah Satu hal yang sangat mengguncangkan keyakinan saya akan klaim tentang keberadaannya sebagai Lembaga Kepemimpinan Risalah atau sering ketika itu kami istilahkan dengan sebutan Lembaga Kerasulan yang "konon" secara estafet berasal dari Lembaga kerasulannya Muhammad .Walaupun kenyataan tersebut berusaha ditutup-tutupi oleh para pimpinan NII dengan munculnya larangan bagi kami untuk bersilaturrahmi dengan orang-orang tua atau ahluljabal (sebutan bagi para sesepuh , atau para tokoh senior yang pernah menjadi Tentara Islam Indonesia ), pada akhirnya kami tahu juga melalui buku-buku yang kami baca, salah satunya adalah buku –bukunya Alchaidar yang banyak mengupas tentang realitas yang terjadi di tubuh NII. Akhirnya kami berusaha mengkonfirmasi berita itu dengan bertanya pada para ahlul jabal yang masih hidup, yang kemudian diakui pula oleh mereka.

Dari silaturahmi kami dengan para tokoh sepuh dan para "orang atas" alias "petinggi" seperti Pa Abdul Munir Fattah, Kang Wahyu Wanaraja garut (dari rumahnyalah fatwa pembunuhan Jaja, tokoh aliran fillah yang dianggap bughot keluar dari mulut Pa Aceng Kurnia ), dan dari para putra dan menantu Pa kartosuwiryo kami mendapati suatu kenyataan yang sangat mengguncang keyakinan kami pada Imamah NII, betapa tidak, ternyata setelah wafatnya Kartosuwiryo imam pertama NII, kepemimpinan NII sempat vacuum atau terputus hingga sekitar tahun 1979 artinya terjadi kekosongan kepemimpinan atau bahasa kasarnya adalah terjadinya (kepemimpinan Ilahi ?)yang "istirahat"sejak ditangkapnya Pak kartosuwiryo, mereka mengistilahkannya sebagai masa "fatroh", berbeda dengan yang selama ini diklaim para ustadz alias trainer kami bahwa kepemimpinan NII terus estafet .Tentang cerita-cerita dari para trainer kami bahwa kepemimpinan berlanjut secara estafet ke Kahar Mudzakar, hingga ke Daud Beureuh adalah rekaan yang munculnya entah darimana, kenyataannya adalah Abu daud Beureuh sekitar 69-70an sibuk sendiri dengan mendirikan Republik Islam Aceh.Bila ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan sempat singgah di Kahar Muzakar, hingga ke Daud Beureuh justeru merupakan tandatanya besar,mengapa sebuah peristiwa sepenting itu tidak ada dokumen resmi atau pernyataan dari tokoh yang bersangkutan , atau dari para anggota majelis syuro yang mengangkat mereka sebagai Imam, bila memang estafeta tersebut benar-benar ada.Kenyataan yang terjadi adalah bahwa pada tahun 70an ,para anggota majelis syura NII sebagian besar berada di dalam penjara, para eksponen Tentara islam Indonesia pun kocar-kacir tak menentu tanpa tahu siapa pemimpin mereka pasca ditangkapnya pak Kartosuwiryo.Kenyataan tersebut diakui oleh Pak Abdul Munir Fattah sebagai berikut," harus diakui secara jujur, sejak tahun 69, NII secara deyuro dan defacto sudah tidak ada lagi, dengan kata lain NII sudah bubar dan kita memulainya lagi dari awal!!" .darisini, munculah Gerakan NII yang menamakan dirinya aliran atau kelompok NII fillah, mereka memiliki konsep bahwa NII sudah bubar dan mereka memulainya lagi sebagai sebuah gerakan untuk mendirikan kembali Negara Islam Indonesia,mereka menyebut pemimpin mereka bukan sebagai Imam tetapi koordinator.Dikatakan oleh para tokoh Fillah bahwa kita harus menerima taqdir bahwa NII sudah bubar saat ini, dan hal tersebut merupakan ketentuan Allah sebagai suatu ujian, suatu kenyataan yang oleh Pa Kartosuwiryo pernah digambarkan bahwa suatu hari nanti akan ada badai fitnah, danJihad Fi sabilillah akan beralih kembali pada Jihad Fillah.Pada tahun 1979 setelah munculnya Revolusi Islam Iran, semangat para orangtua muncul kembali, sekelompok orang mengadakan pertemuan dan mengangkat Adah jaelani Tirtapraja sebagai Imam, roda pergerakan pun bergulir kembali.Imamah Adah jaelani kemudian ditolak oleh pak Abdul Fattah Wiranagapati yang mengklaim bahwa Imamah jatuh ketangannya dengan menunjukan bukti adanya surat dari Kartosuwiryo tentang adanya pengangkatan dirinya sebagai Wakil Imam Sementara, bila Imam pada saat itu(Kartosuwiryo) tertangkap musuh, buku kecil berjudul atTibyan pun sempat saya baca yang dikeluarkan dari kelompok NII versi Pa Fattah yang isinya klaim bahwa kepemimpinan NII yang sah adalah NII versi Pak Fattah.Aliran NII Abdul Fattah Wiranagapati ini pun terpecah kembali, dengan peristiwa diberhentikannya Pak Fattah oleh anggota majelis syuronya, peristiwa pemberhentian tersebut terjadi 2 kali, sekelompok orang yang setia tetap mengikuti Pa Fattah sebagai Imam. Kemudian muncul lagi klaim lain, para anggota majelis syuro yang keluar penjara sekitar tahun 80an, menyatakan bahwa kepemimpinan Pa Adah Jaelani tidak sah dikarenakan musyawarah pengangkatan Adah jaelani tidak memenuhi syarat, anggota majelis syuranya kurang dari sepertiga kuorum , disamping munculnya para saksi yang menyatakan bahwa Adah Jaelani pernah desersi alias kabur dari pertempuran, kelompok ini mengangkat Tahmid Balsuki putera Pak kartosuwiryo.Menyusul setelah itu , Ajengan Masduki yang merupakan salah seorang anggota majelis syura NII versi pa Adah melakukan aksi walk out dari sidang sambil sebelumnya memukul meja dan menyatakan, " Adah jaelani batal sebagai Imam," perpecahan pun terus berlanjut, dan begitulah seterusnya hingga munculnya kelompok-kelompok sempalan .

Saat itu hati saya menjerit, mengapa Allah tidak menunjuk langsung pemimpin Ummat melalui lisan nabi, sehingga tidak ada perpecahan seperti yang terjadi saat ini,ummat terpecah ke dalam kelompok-kelompok yang masing-masing mengklaim punya Pemimpin sendiri-sendiri.Mengapa Allah membiarkan ummat ini bingung memilih siapa pemimpinnya, padahal bukankah kepemimpinan adalah hal yang sangat fundamental, tanpa pemimpin ummat akan terpecah, kebenaran akan menjadi bias-bias yang semakin membuat ummat kebingungan.Kepemimpinan yang dipilih secara musyawarah pada akhirnya selalu membuat perpecahan, ketidak puasan, sebagaimana yang yang terjadi di tubuh NII, lalu mengapa Nabi wafat tanpa menunjuk khalifah setelahnya sehingga ummat kebingungan dan berpecah-pecah. Padahal, bukankan tiap-tiap ummat akan dipanggil kelak bersama pemimpin-pemimpin mereka ?

Kemudian , sekitar tahun 99, saya dipinjami sebuah buku oleh seorang rekan yang sudah lebih dulu hengkang dari harokah, sebuah buku kecil berjudul Ghadir khum tersebut sampai ke tangan saya.Isi buku itu adalah tentang pemaparan sebuah fakta sejarah , bahwa adanya suksesi kepemimpinan ummat dari nabi Muhammad pada Ali bin Abi Thalib, dengan kata lain, sebelum Nabi wafat beliau menunjuk Ali sebagai pelanjut kepemimpinan Umat, tidak seperti prasangka saya selama ini, bahwa Nabi membiarkan ummat berpecah tanpa menunjuk pemimpin Ummat yang akan menggantikan beliau . Setelah membuka-buka sedikit buku tersebut dan mengetahui bahwa penulisnya adalah seorang syiah, saya menutup kembali buku tersebut, dan menyembunyikannya supaya para yunior atau adik-adik angkatan kami tidak terpengaruh isi buku tersebut, seperti yang saya sebut dalam artikel saya sebelumnya, fanatisme telah menutup mata, telinga dan hatiku rapat-rapat, walau dari cahaya kebenaran sekalipun. Dan bila ada yang kebetulan bertanya tentang masalah tersebut, selalu saya jawab bahwa buku itu ditulis orang-orang syiah yang sangat mengkultuskan Ali(padahal kami pun saat itu sangat mengkultuskan para pemimpin kami dan para sahabat nabi, kami tidak rela kesalahan sahabat dibuka-buka walaupun itu adalah kenyataan), mempertuhankan Ali, menganggap bahwa Jibril seharusnya menurunkan wahyu pada Ali bukan Muhammad, mereka yang sering bertelanjang bulat dalam memperingati peristiwa karbala, kelompok fanatik yang menganggap bahwa berziarah ke makam Imam mereka lebih mulia dari berhaji ke baitullah, yang Quran mereka berbeda dengan yang kita yakini, dan lontaran-lontaran fitnah keji lainnya tanpa berusaha mau tahu yang sebenarnya, apakah benar syiah seperti yang sering dituduhkan ( pada bahasan-bahasan berikutnya kami akan ungkap tentang kedustaan isu-isu seputar syiah, semoga Allah mengazab penyebar dusta)

Selanjutnya seperti biasanya, buku itu langsung saya konfirmasikan pada atasan saya yang juga merupakan teman dekat seangkatan saya , dengan harapan bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan intelektualitas saya saat itu.” Si Alex sekarang mulai terpengaruh faham Syiah juga.” Jawabnya enteng setelah melihat-lihat sedikit isi buku itu, sama sekai tidak terlihat adanya kesungguhan untuk mempelajarinya. Sama seperti saya dan rekan-rekan aktifis NII yang lainnya , fanatisme telah menutup akal fikiran bahkan hati kami.

Saat ini, buku-buku yang membahas peristiwa ghadir khum tersebut ada di hadapan saya, dan saya susun artikel ini dengan tujuan mengajak para pembaca sekalian untuk meneliti kebenaran peristiwa tersebut dengan menghilangkan terlebih dahulu berbagai hijab yang membelenggu fikiran kita, kita akan menjadi hakim dari berbagai berita seputar peristiwa tersebut hingga jelas yang benar, dan jelas pula yang salah di hadapan mahkamah akal dan hati nurani kita masing-masing.Kuncinya adalah objektifitas dan kejujuran hati kita.

Dari sudut pandang syiah, hadist-hadist seputar peristiwa Ghadir Khum yang menceritakan tentang mandat Rasululah pada Ali untuk melanjutkan kepemimpinan ummat adalah sangat mutawatir, Sebut saja Syekh Saduq , Syekh Thusi, dan para muhadist Syiah lainnya meriwayatkan peristiwa tersebut dari berbagai rantai periwayatan yang hingga mencapai ratusan hadist ,bahkan ribuan kesaksian yang saling menguatkan satu sama lain.Berbeda dengan saudara-saudara di kalangan ahusunnah, hadist-hadist seputar peristiwa ini cenderung seperti ditutup tutupi, sudah menjadi rahasia umum bahwa intervensi penguasa pada saat perkembangan mazhab tersebut sangat kentara.Kita semua sama-sama tahu, bahwa para ulama-ulama dikalangan ahlusunnah yang konsisten dan tidak sefaham dengan penguasa banyak yang ditangkap, disiksa, bahkan dieksekusi para penguasa saat itu, sebut saja Imam Hanafi, Imam Syafii, Ibnu hazm, dan banyak nama lainnya yang barangkali perlu tulisan tersendiri untuk membahasnya.

Dalam membahas peristiwa Ghadir Khum ini , kami akan berusaha mengemukakan hadist-hadist dari kalangan saudara kami ahlussunnah, karena sebagaimana yang saya alami dulu saat masih menjadi pengikut ahlussunnah, hadist-hadist syiah tidak berarti apa-apa bagi saya saat itu.Sama seperti bila kita berhujjah dengan kaum agama lain misalnya, mana mau mereka menerima hujjah kecuali dari kitab mereka sendiri.banyak pula diantara mereka yang walaupun telah dipaparkan dengan berbagai argumentasi tak terbantahkan darikitab mereka sendiri yang masih keras kepala, menutup hatinya rapat-rapat dari kebenaran, mudah-mudahan para pembaca disini tidak termasuk yang demikian, insya Allah Amin.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Alqur`an ,” mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan ucapan-uacapan mereka, namun Allah berkehendak menyempurnakan cahayaNya walaupun orang-orang musyrik itu benci.”walaupun ada upaya-upaya sistematis dari para penguasa pada masa lalu untuk menutup-nutupi fakta penting sejarah ini, berbagai hadist seputar peristiwa tersebut, dan puluhan hadist lainnya yang saling menguatkan satu sama lainnya dan berbagai riwayat yang “tanpa sengaja” membenarkan peristiwa tersbut bertebaran disana-sini, berikut kami akan paparkan hadist-hadist tersebut :


Dari Zaid bin Arqam, ia berkata ‘” Rasululah saw telah berpidato di suatu tempat bernam,a Ghadir Khum, di bawah beberapa batang pohn. Beliau berkata,” Wahai manusia , hampir tiba saatnya aku akan dipanggil kembai.Dan aku pasti akan memenuhi panggilan tersebut.dan aku akan dimintai pertanggung jawaban . Dan kamupun akan dimintai pertanggungjawaban .maka apa yang akan kamu katakan ? Mereka menjawab,” Kami bersaksi bahwa engkau menyampaikannya, telah berjuang serta memimpin kami setulus-tulusnya.semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya.” Lalu rasul melanjutkan,” Bukankah kalian bersaksi tentang La Ilaaha ilallah Muhammadurasuulullah , dan bahwa surga haqq, kebangkitan itu haqq,dan bahwa hari qiyamat itu benar , tiada keraguan tentangnya dan bahwa Alah akan membangkitkan kembali semua yang ada di liang kubr? “ jawab mereka,” Ya Alah saksikanlah.”Selanjutnya rasul melanjutkan,” wahai manusia, sungguh Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Kemudian beiau melanjutkan lagi,” Wahai manusia , bahwa aku akan mendahului kalian, dan kelak kalian akan menghadap aku di telaga Haudh.Hudh lebih luas daripada Bushra ke Shan`a, disana tersedia gelas-gelas perak sebanyak bintang dilangit.dan aku saat itu akan bertanya pada kalian tentang Tsaqolain ( dua pusaka) bagaimana kalian memperlakukannya sepeninggalanku.Astaqol yang teragung adalah Kitabullah , ujung yang satunya di “tangan” Allah, yang satu lagi di tangan kalian.maka berpeganglah erat padanya, niscaya kalian tidak akan sesat, tidak berubah arah.Yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh.( HR Thabrani, Ibnu Jarir, Al Hakim, Tirmidzi dari Zaid bin Arqom. Tentang hadist tersebut, bahkan Ibnu Hajar yang sangat membenci Syiah dalam halaman 25 Kitab Sawa`iqnya mengutip hadist tersebut dari Thabrani dan membenarkan hadist tersebut tanpa keraguan.

Selanjutnya al Hakim dalam Mustadraknya bab Manaqib Ali meriwayatkan hadist serupa Dari Zaid bin Arqam, dari dua saluran yang disahihkan sesuai dengan yang disyarat kan Bukhari dan Muslim, juga diriwayatkan pula oleh adz Dzahabi dalam kitabnya at Talkhis , seraya mengakui kesahihannya; Zaid bin Arqam berkata ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan teah sampai suatu tempat bernama Ghadir Khum, beliau memerintyahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah, di bawah beberapa batang pohon. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang teragung adalah Kitabullah , yang kedua adalah itrahku (kturunanku) ahlul baitku , sebab Allah Meliputi dan Mengetahui telah memberitahukan bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai menemui aku di Haudh..lalu beliau memegang tangan Ali sambi berkata ,”Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka dia ini ( beliau menunjuk Ali) adaah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.

Dan diriwayatkan pula peristiwa tersebut oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid IV meriwayatkan hadist serupa melalui Zaid bin Arqam ,katanya ‘” Kami berhenti di suatu lembah bernama Ghadir Khum, beliau memerintahkan untuk mendirikan shalat, lalu beliau sholat pada waktu hari sudah siang terik, Beliau berpidato dihadapan kami, sehelai kain kain direntangkan di atas sebatang pohon untuk melindungi tubuh beliau dari sengatan matahari, Lalu beliau berkata,” wahai manusia, apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah maula seluruh kaum muslimin,dan aku lebih berhak menjadi wali mereka lebih dari diri mereka sendiri.” Yang hadir menjawab,” benar ya rasulullah.” Beliau melanjutkan ,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”

Selanjutnya An Nasa`I meriwayatkan pula Dari Zaid bin Arqam, katanya ‘” Ketika rasulullah pulang dari Haji Wada` dan berhenti di Ghadir Khum, beliau memerintahkan beberapa pengiut untuk memasang kemah. Beliau berkata,” Seakan akan aku dipanggil Tuhanku dan aku akan memenuhi panggilan tersebut. Dan aku amanatkan pada kalian Ast Tsaqolain ( dua pusaka) yang salah satunya lebih besar dari yang lain, Kitabullah , dan itrahku ahlul baitku , keduanya tidak akan putus sampai menemui aku di Haudh. Lalu beliau melanjutkan,” ,” Sesungguhnya aku adalah maula seluruh kaum mu`min ,lalu Rasul mengangkat tangan Ali sambi berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”hadist tersbut juga diriwayatkan juga oleh Muslim pada sahihnya dalam bab keutamaan Ali dari beberapa saluran dari Zaid bin Arqam, tapi hadist tersebut dipotong ringkas, begitulah yang biasa mereka lakukan.

Dari al Barra` bin Azzib melalui dua saluran , ia berkata ‘” Kami bersama-sama Rasulullah berhenti di Ghadir Khum, maka diserukanlah untuk mendirikan shalat, lalu dibersihkanlah tempat bagi rasul dibawah dua batang pohon, lalu beliau sholat Dzuhur,Setelah itu Beliau mengangkat tangan Ali sambil berkata,” wahai manusia, apakah aku lebih berhak menjadi wali orang-orang mu`min lebih dari diri mereka sendiri.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.” Sambil mengangkat tangan Ali rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya juga. Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” Seteah itu Umar datang menemui Al dan berkata,” Alangkah bahagianya anda wahai Ali binAbi Thalib, kini engkau menjadi maula seluruh mu`min dan mu`minah ( Musnad Ahmad , jilid IV halaman 281 ).

Dan telah diriwayatan oleh anNasa`ai dari Aisyah binti Sa`ad, katanya ,” Kudengar ayahku berkata : “ Aku mendengar Rasulullah ketika berada di Juhfah berkata setelah memuji Allah,” ,” wahai manusia, aku adalah wali kalian ?.” Mereka menjawab ,” benar ya rasululah.”Lalu beliau mengangkat lengan Ali seraya berkata,” Inilah waliku yang akan melunasi hutangku , bertindak atas namaku.dan aku bersama siapa yang memperwalikannya dan aku musuhi siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab keddudukan Ali halaman 4 dan halaman 25

Dari Sa`ad ,” ‘” Kami bersama-sama Rasulullah di Ghadir Khum, beliau berhenti sambil menunggu kedatangan rombongan rombngan yang dibelakangnya , dan memerintahkan agar orang-orang yang telah mendahuluinya agar kembali dan berkumpul semuanya,Setelah semuanya bergabung Beliau berkata,” wahai manusia, siapakan waliMu ” Mereka menjawab ,” Allah dan RasulNya.” Sambil mengangkat tangan Ali dan menyuruh Ali berdiri rasul berkata,” Barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya sebagai walinya, maka Ali adalah walinya juga. Ya Allah cintailah siapa yang berwilayah padanya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.” ( Al Khashaishul Alawiyah bab kedudukan Ali halaman 25 ).

1 komentar:

  1. Oh... Dagangan syi'ah ya, bukan dagangan Islam,
    Hadeuh,
    "Pak syi'ah" itu pemecah belah ummat Islam yg pertama alias kembali musyrik sesungguhnya

    BalasHapus