Minggu, 26 Juli 2009

ABDULLAH BIN SABA DAN AJARAN SYIAH

Oleh : Abu Shadra



Selama ini, Syiah sering dituduhkan sebagai suatu ajaran yang “disusupkan’ oleh seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba. Hal itulah yang seringkali membuat saya saat masih menganut sunniisme ( mazhab Ahlussunnah ) berusaha menjauhi dan berhati-hati terhadap mazhab Syiah Ahlul Bait ( pengikut keluarga Rasulullah ) disamping berbagai fitnah keji dan cacian-cacian tanpa ilmu yang dipropagandakan tokoh-tokoh ahlussunnah yang fanatik.

Terlebih saat masih menjadi aktifis Harokah Negara islam Indonesia ( NII ) , jangankan mempelajari ataupun membaca buku-buku syiah, mendalami lebih jauh tentang NII seperti menanyakan siapa , dimana dan bagaimana keseharian Imamku saat itu saja ditabukan oleh para “atasan”ku dulu. Bahkan saat saya berusaha mengkaji pemikiran-pemikiran NII yang berkembang diluar , seperti bertanya pada tokoh-tokoh NII diluar struktur jaringan kami semisal : Pak Abdul Munir Fattah tokoh penting NII aliran fillah, ataupun Pa Dodo Muhammad Darda salah seorang putra putra Pak Kartosuwiryo sang pendiri atau Imam pertama NII yang ternyata berfaham tidak mengkafirkan orang diluar golongannya , hal tersebut dianggap sebagai kesalahan yang sangat fatal. Seolah-olah yang disebut Islam itu hanyalah segala penafsiran yang difahami oleh atasan langsung kami saat itu, diluar itu atau bahkan sekalipun faham NII yang difahami para sesepuh yang kedudukan atau jabatannya lebih tinggi dari para atasan saya saat itu bukanlah Islam yang halal saya pelajari, padahal saat itu aku sedang dahaga sekali dengan pemikiran-pemikiran Islam.

Kita kembali ke pembahasan seputar Abdullah bin Saba.

Sumber Dongeng tentang Abdulah bin Saba

Sepuluh abad yang lalu para sejarawan Islam kalangan ahlussunnah meriwayatkan kisah tersebut.Kisah ini begitu populer, hingga dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada penulis sejarah Para tabiit-tabiin yang tidak meriwayatkannya, hanya saja pendongeng pertama menyampaikannya dalam bentuk riwayat sementara para penulis yang datang setelahnya mengutip dan menceritakannya kembali dengan berbagai penafsiran, dugaan, tambahan dan berbagai bumbu yang menarik.


Kisah ini begitu menyebar sehingga meniscayakan kita untuk meneliti dan menganalisanya dengan seksama dengan merujuk pada sumber awal atau asal muasal pembawa kisah tersebut tetapi, sebelum kita menelusuri sumber kisah tersebut, kita akan melihat bagaimana kisah yang berkembang tentang Abdullah bin Saba yang dikatakan sebagai pembawa ajaran Syiah.


Disebutkan dalam berbagai riwayat Bahwa pencetus dasar-dasar ajaran Syiah adalah seorang Yahudi dari kota Shan`a bernama Abdulah bin Saba , Yaman, ia menampakan keislamannya pada masa Usman bin Affan dan kemudian membaur besama kaum Muslimin. Dan kemudian membuat berbagai propaganda yang menyesatkan sehingga kaum muslimin berpecah, berperang satu sama lain.Selanjutnya disebutkan pula bahwa Abdullah bin Saba yang juga dikenal sebagai Ibnu Sawda berhasil mempengaruhi pemikiran Abu Dzar Al Ghiffar, sehingga Abu Dzar dan menyusul setelahnya beberapa sahabat lain ikut terpengaruh dalam faham Saba`iyyah yang merupakan cikal bakal syiah tersebut dan ikut menggerakan massa , hingga puncaknya adalah pemberontakan yang mengakibatkan terbunuh nya Usman,khalifah ke 3 .

Selanjutnya, sampailah kepada kita kisah-kisah yang penuh bumbu hingga terjadi kontradiksi dan perbedaan disana-sini. Antara lain seperti dikatakan oleh salah seorang perawi bahwa Abdullah bin saba adalah penduduk Hirah, sementara perawi yang lain menyatakan bahwa ia adalah penduduk Shan`a. Dalam pernyataan lain dikatakan misalnya bahwa tokoh tersebut menyebarkan faham bahwa Nabi Muhammad saw akan mengalami raj`ah ( reinkarnasi) sementara dalam kisah lainnya yang tersebar dikatakan bahwa Ali lah yang akan mengalami raj`ah.Dan yang lebih ‘edan’ lagi dikatakan oleh sebagian ulama atau lebih tepatnya ahli dongeng dari kalangan ahlussunnah bahwa tokoh tersebut menyatakan bahwa pada diri Ali ada sebagian “percikan” sifat Tuhan, sementara dalam dongeng lainnya disebutkan bahwa faham yang disebarkan ibnu Saba tersebut adalah bahwa Ali adalah Tuhan itu sendiri. Selanjutnya saya akan cuplik sedikit dongeng lucu penuh bumbu yang disebarkan para propagandator fanatic yang membual tanpa ilmu dan tanpa bersandar pada fakta , disebutkan oleh mereka bahwa Ibnu sawda atau Abdullah bin Saba menyebarkan faham bahwa Imam Ali tidak mati, ia tetap hidup mempunyai tempat tinggal dilangit, petir adalah suaranya, dan kilat adalah pedangnya, dan unsur-unsur Tuhan menyatu pada dirinya.

Demikianlah, fanatisme selalu membuat tindakan berlebih-lebihan hingga membutakan mata dan telinga terhadap realitas, pada akhirnya mereka menutup telinga, mata, dan hati mereka walaupun terhadap kebenaran sekalipun. Seperti yang terjadi baru-baru ini, sebuah foto seorang Ulama Syiah yang sedang mencium bibir seorang anak kecil, oleh kaum fanatik bodoh disebarkan luaskan dengan diberi komentar bahwa seorang ulama Syiah sedang mencumbui serang anak kecil , na`udzubilah. Lebih gila lagi para penyebar propaganda berikutnya menambah-nambahi dengan berbagai komentar keji seperti : ulama syiah menyukai berhubungan seks dengan anak kecil yang sejenis, dan seterusnya dan seterusnya. Ternyata sumber awal isu tersebut adalah sebuah potongan gambar yang foto aslinya memperlihatkan gambar seorang ulama ditempat terbuka (bila ciuman syahwat, seharusnya di tempat tertutup) dan disaksikan banyak orang tengah mencium bibir seorang anak, sebuah tradisi yang sangat lumrah dikalangan bangsa Arab maupun Persia, sebagai ekspresi kecintaan , sebagaimana kita tahu bahwa dalam berbagai hadist dikatakan bahwa nabi seringkali menciumi leher Imam Husein, dan menciumi bibir Imam Hassan saat mereka masih kecil.

Seperti telah disebutkan para periwayat, sumber tertua kisah Abdullah bin saba adalah terdapat dalam riwayat Ibnu Jarir Thabari ( w.310) .dalam menukil kisah tersebut, <span style="font-weight:bold;">Thabari hanya bersandar bersandar pada perawi tunggal, yaitu Shaif bin Umar.Sebelum saya lanjutkan, saya ceritakan sedikit bahwa akal sehat saya menyatakan saat mempelajari kisah ini , bahwa tidak mungkin sebuah peristiwa besar yang dikatakan melibatkan banyak sahabat hanya diriwayatkan hanya oleh satu periwayat saja.Seperti peristiwa besar Ghadir Khum misalnya pada tulisan saya yang lain, menunjukan bahwa peristiwa tersebut benar-benar ada dengan banyaknya rantai sanad, puluhan sahabat menjadi saksi atau tanpa sengaja membenarkan peristiwa tersebut.Suatu peristiwa besar seharusnya disaksikan oleh banyak orang yang kemudian meriwayatkannya, sehingga darisini saja dapat disimpulkan bahwa bila kisah Abdullah bin saba itu benar, seharusnya ada banyak rawi yang meriwayatkannya, sebagaimana hadis Ghadir Khum seperti yang telah saya samapaikan pada tulisan sebelumnya. Sedangkan " dongeng" hebat ini justeru hanya diriwayatkan oleh Shaif bin Umar seorang saja, dan riwayat lain yang kalaupun ada tentang dongeng Abdullah bin Saba diluar Thabari pun ternyata periwayatannya selalu berakhir pada Shaif bin Umar, dan jalur yang menghubungkannya pada Shaif bin Umar ini pun ternyata hanya dua jalur periwayatan saja :
1. Ubaidullah bin Said az Zuhri ( meriwayatkan kisah ini) dari pamannya yang bernama Yaqub bin Ibrahim ( yang mendapat kisah tersebut) dari Shaif bin Umar, kisah tersebut dinukil secara lisan.
2. Abu Ubaidah bin yahya alias As Surri ( meriwayatkan kisah ini) dari Syuaib bin Ibrahim ( yang mendapat kisah tersebut) dari Shaif bin Umar, kisah tersebut dinukil secara lisan, dan sebagian diambil Thabari dari Al Futtuh war Riddah dan kitab Al jamal wa Masir Aisyah karya Shaif bin Umar.

“Raport merah” Shaif bin Umar

Dari seluruh para ulama ahli jarh wa taqdil dari kalangan ahlusunnah, disebutkan bahwa reputasi Shaif bin Umar at Tamimi al Usaidi sangat buruk, hampir tidak ada satupun yang berkomentar positif tentang orang tersebut, berikut akan kami paparkan komentar-komentar mereka dari kalangan ahlusunnah :
• Yahya bin Main ( w. 233 H) berkata tentangnya ," Ia lemah dalam periwayatan hadist, uang sesen lebih berharga darinya."
• Ibnu Hajar as Tsaqoni setelah menyebut sebuah hadist ," hadist ini terdapat para perawi lemah, yang paling parah adalah saif bin Umar."
• Al hakim ( w.405 ) berkata," ia ditinggalkan dan dituduh tidak menjalankan agama"
• Abu Daud (w.270 H) berkata," saif bin Umar tidak berarti sedikitpun, ia pembohong."
• An Nasai ( w.303 H) penulis kitab sahih ahlusunnah berkata," Saif itu lemah ingatannya, hadisnya banyak ditinggalkan, tidak jujur dan tidak dapat dipercaya."
• Ibnu Abi hatim ( w.203 H) berkata." Ia ditinggalkan hadisnya."
• Ibnu Adi berkata ( w.360 H) berkata," sebagian besar hadisnya munkar tidak terdukung."
• Ibnu sakan ( w.355 H ) berkata," ia lemah"
• Ibnu Hibban ( w.354 H ) berkata," ia meriwayatkan banyak hadist palsu dan menisbahkannya pada orang-orang yang dipercaya, ia lemah dan dituduh tidak beragama.para ulama berkata bahwa ia banyak memalsu hadist."

Selanjutnya disini saya akan kritik sedikit tentang Thabari, yang banyak meriwayatkan kisah-kisah fiktif nan fantastis dalam kitab Tarikhnya.Dari salah satu kisah yang ditulis Thabari dalam tarikhnya disebutkan tentang pengiriman pasukan Abu bakar dibawah komando Khalid bin Walid untuk memerangi suautu kabilah yang menolak membayar zakat pada pemerintahan Abu Bakar.sebagaimana disebutkan dalam berbagai kitab tarikh lainnya bahwa Khalid bin walid kemudian membunuh Malik bin Nuwairah sang kepala kabilah.Yang menarik dalam versi Thabari yang tentu saja diambil dari Saif dikatakan," Malik bin Nuwairah adalah seorang yang berambut lebat, dan ketika pasukan ( Khalid bin Walid) menjadikan kepala-kepala mereka ( Malik dan kaumnya) sebagai tungku , seluruh kepala-kepala tersebut termakan api , kecuali kepala Malik.seluruh makanan dalam kuali tersebut matang sementara kepala Malik tidak matang karena lebatnya rambut malik…..dst" ( tarikh 2 / 503)

Mungkinkah kisah sadis dan konyol tersebut benar-benar terjadi ? Mungkinkah para kaum muslimin yang sebagian dididik langsung dalam madrasah risalahnya Muhammad saw melakukan kekejian sebrutal itu, memakan daging saudaranya sendiri ? dan apa pendapat pembaca tentang rambut Malik yang panjangnya berkilo-kilo meter sehingga api tidak bisa membakarnya, itulah kisah konyol produk saif at Tamimi yang terdapat dalam Tarikh Thabari. Selanjutnya kita bisa menarik kesimpulan sendiri.

Demikianlah, Thabari lebih suka meriwayatkan hadist-hadit lucu dan keji seperti tersebut di atas ketimbang hadist- hadist tentang perilaku menyimpang muawiyah yang menjadi sebab bangkitnya Abu dzar dan Amr bin Yassir dalam menentang Muawiyah.Thabari sepertinya datang untuk menyajikan berbagai pembenaran atas berbagai tindakan Muawiyah.Thabari pun tidak menukil penyebab kebangkitan Abu Dzar yang menyebabkan ia diusir dari Syam, dan kemudian disiksa khalifah Usman di Madinah, lalu diasingkan ke Rabadzah hingga wafat di pengasingannya persis seperti yang diberitakan oleh kekasihnya Muhammad.

Thabari lupa bahwa Nabi suci pernah bersabda mengenai Abu Dzar," Tidak pernah bumi menampung dan tidak pernah langit menaungi seorang yang lebih jujur ucapannya dan lebih setia daripada Abu Dzar, seorang yang mirip dengan isa bin maryam."

Selanjutnya marilah kita lihat bagaimana riwayat yang disampaikan oleh Thabari untuk selanjutnya kita dapat menilai sendiri kebenarannya ," dan pada tahun 30 H terjadi perselisihan antara Abu Dzar dan Muawiyah serta pengusiran Muawiyah terhadap Abu Dzar dari Syam ke Madinah, Dan banyak hal telah disebutkan berkaitan tentang pengusiran tersebut, tetapi saya tidak suka menyebutkan sebagian besar darinya,(Tarikh 3/335) mengapa Thabari menyebutkan "Dan banyak hal telah disebutkan berkaitan tentang pengusiran tersebut, tetapi saya tidak suka menyebutkan sebagian besar darinya " ???

Selanjutnya dalam tarikh tersebut disebutkan pula tentang pertemuan antara Abdullah bin Saba dan Abu Dzar dan kemudian dengan Abu Darda, dan diceritakan bahwa kedua sahabat nabi tersebut beserta sederet nama tabiin terprovokasi ajaran Abdullah bin Saba yang disebut-sebut sebagai Yahudi.Thabari sebagaimana yang ia katakan sendiri tidak suka menyebutkan sebagian besar dari peristiwa yang terjadi saat itu, ia tidak mau membeberkan kebobrokan Muawiyah saat itu yang menyebabkan bangkitnya beberapa sahabat besar untuk melawan , ia lebih suka menceritakan pertemuan Abu Dzar, Abu Darda dengan tokoh Abdullah bin Saba yang ia sematkan "label" yahudi .

Tentang kisah Abdullah bin saba ini, salah seorang pemikir sunni yang kritis Dr.Thoha Husein berkomentar," Bahwa saya tidak menemukan kisah Abdullah bin Saba ini disebut-sebut dalam riwayat lain , ia tidak disebut-sebut oleh Ibnu saad saat menceritakan tentang kejadian dimasa Usman dan perlawanan masyarakat terhadapnya, tidak pula oleh Baladzuri ataupun sejarawan lain,ia hanya disebutkan dalam Thabari dari Saif bin Umar dan darinyalah tampaknya sejarawan yang datang setelahnya mengambilnya."

Yang menarik dari pendapatnya tentang kisah sabaiyah tersebut, Dr.Thaha Husein justeru mempertanyakan tentang keheranannya, bila Abdullah bin saba benar-benar ada , mengapa Usman tidak menghukum dan kemudian menyiksanya, padahal menurutnya , Usman pernah menyiksa Abu Dzar, atau mengizinkan pejabat pemerintahannya menyiksa putera Abu bakar, Ibnu Abi Hudzaifah, maupun Amr bin Yassir , sebagaimana disebut-sebut dalam berbagai kitab tarikh, seharusnya ia pun harus berani menyiksa Abdullah bin saba seandainya tokoh tersebut benar-benar ada.

Dan yang paling mengherankan penulis buku Fitnatul Kubra ini, adalah bahwa Abdullah bin Saba berhasil mendikte Abu dzar , padahal saat Kaab al Akhbar seorang mualaf yang lebih lama masuk Islam lebih dulu Islam dari Abdullah bin Saba ( seandainya Abdullah bin saba benar-benar ada) berusaha mendiktenya dengan mengatakan, "Bagi yang telah mengeluarkan zakat , maka cukup baginya," Abu Dzar marah dan berkata," Hai putera wanita yahudi , apa urusanmu dalam perkara ini? Apakah engkau mengajari kami tentang agama kami ? kemudian Abu dzar menusuk perut kaab dengan tongkatnya."Tidakkah mengherankan, seorang sahabat yang menolak Kaab untuk berdiskusi tentang agama kemudian dengan begitu saja menerima agama dari Abdullah bin Saba" ujar beliau sebagaiman yang beliau tulis dalam Fitnatul Kubranya.


Mengapa Abdullah bin Saba ?

Dalam buku Identitas Mazhab Syiah, melacak akar hitoris dan sebab-sebab kelahirannya karangan Ali Zaenal Abidin disebutkan“Untuk menjawab pertanyaan di atas, akan terlihat inti permasalahan dalam peluncuran serangkaian episode dongeng “Abdullah bin Saba “ .Sebab apabila ditelusuri dan dicari argumentasinya dalam Al Qur`an dan Hadist akan tampak pemikiran syiah tentang konsep kepemimpinan dan seluruh hal yang terkait dengannya , serta polemic yang terjadi antara mereka dan sekte-sekte Islam lainnya akan menyingkirkan mereka yang tidak memenuhi syarat dari panggung kepemimpinan Ummat, dan ini adalah bencana besar bagi pemikiran-pemikitran nonsyiah dan akan menggoyah kepamapanan keberagamaan mereka.Oleh karenanya , pemikran mereka harus dikaitkan dengan sumber non Islam dan diidentikan dengan pemikiran Yahudi>Maka diciptakanlah lakon dengan nama Ibnu Saba untuk menjadi kambing hitam dan agar semua kecaman dialamatkan padanya, sebab dialah yang telah merusak kesatuan Ummat Islam dan mencemari kemurnian ajarannya”

Selanjutnya Dr> Ahmad Mahmud Shubhi setelah menyampaikan analisis Dr.Toha Husein berkata,” Dan tampaknya dibalik semangat berlebihan para sejarawan dan para penulis sejarah perkembangan sekte-sekte Islam mengenai peran yang dimainkan Ibnu Saba. Ada sebab lain selain yang telah disebutkan Dr.Toha Husein. Telah terjadi perisatiwa-peristiwa besar dalam tubuh masyarakat Islam, seperti terbunuhnya Usman, lalu perang jamal yang didalamnya terlibat banyak sahabat besar termasuk salah seorang isteri Rasul.Mereka saling berperang dan bercerai berai, seluruh peristiwa ini memukul jiwa seorang muslim yang rajin menelusuri sejarah politik,Ia tidak bias membayangkan kalau sejarah Islam ternyata mengalami hal-hal demikian dan sahabat-0sahabat besar yang telah berjasa berperang bersama rasul dan ikut dalam meletakan dasar-dasar Islam juga terlibat didalamnya.Oleh karena itu tanggung jawab peristiwa tersebut harus dibebankan kepada seseorang dan tidak masuk akal kalau sahabat-sahabat besar harus bertanggungjawab.Oleh karenanya , semua itu harus dipikul oleh Ibnu saba, dialah yang mengobarkan fitnah dan kekacauan hingga Usman terbunuh, dialah yang mengobarkan fitnah dan kekacauan pada perang jamal ketika Ali,Thalhah dan Zubair lengah.Adapun dalam sejarah pemikiran, dipikulkan di atas pundaknya tanggung jawab perpecahan ideology terbesar dalam islam hingga munculnya Syiah.Ini adalah analisis lasan mengapa para penulis sejarah sekte-sekte dan mazhab-mazhab Islam khususnya salafiyyin dan muarikhin berlebihan dalam hakekat peran yang dimainkan Ibnu saba. Padahal mengherankan ada seorang asing yang mempermainkan Islam dan menggerakan sejarah politik dan ideology Islam seperti itu, sementara para sahabat besar duduk diam menyaksikannya dan tidak bertindak.”


Dibalik Kemunculan “Ibnu saba “


Saat mempelajari kisah ini sekeluarku dari NII,beberapa kali saya sempat menahan nafas dan beberapa kali pula tanpa terasa air mataku terisak, betapa tidak, saat itu lembaran-lembaran sejarah hitam tentang perselisihan danpeperangan di kalangan sahabat terungkap, dan semua itu terjadi hanya dalam beberapa saat setelah wafatnya Nabi, tidak sampai seabad.

Memang, mempercayai kisah penyusupan yahudi Abdullah bin saba untuk sementara waktu dapat menentramkan hati, Para sahabat bersih dari segala kesalahan karena seluruh penyebab semua fitnah dan badai kerusakan ummat langsung ditimpakan pada tokoh Abdullah bin Saba sang Yahudi. Tetapi bila kita mau mengkaji lebih dalam secara objektif ,keyakinan tersebut malah justru membuat munculnya berbagai kontradiksi pemikiran.
1. Bila benar kehancuran Islam disebabkan oleh Abdullah bin Saba si yahudi, mengapa tidak ada satupun hadist Rasulullah yang menubuwahkan akan munculnya tokoh tersebut, padahal salah seorang penyebab perang Jamal yaitu Aisyah r.a saja pernah dinubuwahkan jauh-jauh hari sebelumnya?
• Sebagaimana kita tahu bahwa pembunuhan Usman yang kemudian memicu konflik-konflik berikutnya adalah disebabkan salah satunya oleh profokasi Aisyah r.a “ Bunuhlah Na`tsal( keledai tua julukan Aisyah bagi Usman) , ia telah kafir ( Alkamil karangan Ibnu Atsir jilid III hal.90,atau dalam tarikhnya Ibnu Jarir, dll atau lihat di Syarh nahjul Balaghah nya Ibnul hadid jilid II hal 77, 457) dari fatwa tersebut bergeraklah masa ke rumah usman untuk membunuh Usman dan kemudian lahirlah perang Jamal yang Aisyah ikut terlibat di dalamnya, Jauh-jauh hari Rasul pernah menubuwahkannya sebagaimana hadist diriwayatkan berikut : Nabi saw. sedang berkhotbah dan beliau
menunjuk ke arah kediaman Aisyah sambil berkata: ˜Disinilah akan muncul tiga fitnah sekaligus, dan dari situlah akan muncul tanduk setan1atau dalam jalur lainnya, Nabi berkata sebagai berikut ,” Kepala kekufuran akan muncul dari sini, dan dari sini akan muncul
tanduk setan.” [ada banyak , salah satunya Shahih al-Bukhari, Kitab fardhi al-Khums, Bab Fardhi al-Khums, (Kutub as-Sittah, Shahih Bukhari, jilid II/ 125 Cetakan Darussalam Linnasyr wa at-tauzi' - Riyadh - Saudi Arabia, juga saya temukan dalam Sahih Muslim jilid II halaman 503 )dan bahkan diakui pula oleh Aisyah ra,bahwa jauh-jauh hari rasul pernah menyebutkan tentang dirinya akan melakukan “kedurhakaan” dengan mendaki bukit dengan menaiki unta bernama Askar dan akan digonggong anjing-anjing ( baca di Musnad Ahmad jilid IV/ 52 dan 97, atau di Mustadraknya alHakim jilid III / 120,juga diriwayatkan adz Dzahabi dalam talkhis Mustadraknya, riowayat serupa ada juga dalam Syarh Nahjul Balaghah karangan IbuAbil hadid jilid II /80 )
• atau Nubuwah Nabi tentang terbunuhnya al Husein yang kemudian terjadi ; Pada suatu hari aku datang kepada Rasulullah saw lalu kuletakkan Al-Husein di pangkuannya, kemudian Rasulullah saw menangis. Aku bertanya: Mengapa engkau menangis? Rasulullah saw bersabda: “Baru saja Jibril datang memberitakan kepadaku bahwa ummatku akan membunuh puteraku ini.”Aku bertanya: Ini (Al-Husein)? Rasulullah saw menjawab: “Ya, baru saja Jibril datang kepadaku dengan membawa turbah (tanah) Al-Husein yang berwarna merah.”( Bukhari, Shahih dalam bab , Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad jilid 2, hlm. 23
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad jilid 2, hlm. 26)
• Atau “ramalan” Nabi tentang sahabat-sahabatnya yang hidup bermewah-mewah dan murtad setelah wafat Nabi saww ,"Aku akan mendahului kalian dan akan menjadi saksi kepada kalian. Demi Allah aku kini melihat Haudhku (telaga di syurga) dan aku juga telah diberikan kunci kekayaan bumi (atau kunci bumi). Demi Allah aku tidak khuatir kalian akan mensyirikkan Allah setelahku, tetapi aku khuatir kalian akan bersaing untuknya (dunia)" Rasulullah bersabda, “Aku mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawah kehadapanku, kemudian mereka dipisahkan jauh dariku. Aku (akan) bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah sahabatku (ashabi). lalu dijawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathuu ba’da-ka).
Pada riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda: “Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku, lalu dia berfirman: Sesungguhnya Engkau tidak mengetahuai apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad ke belakang (inna-hum irtadduu ‘ala a’qabi-him al-Qahqariy)”. Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, Kitab al-Riqaq, bab al-Haudh halaman 379-386Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAWA. Mereka telah bersaing dan berlumba-lumba untuk dunia ini sehingga pedang-pedang mereka dihunuskan, berperang, dan saling mengkafirkan. Sebahagian sahabat yang besar menimbunkan emas dan perak. Para ahli sejarah seperti al-Masu'di di dalam kitabnya Muruj az-Zahab dan Tabari dan lain-lainya lagi mencatatkan bahawa kekayaan Zubair sahaja mencapai lima puluh ribu dinar, seribu ekor kuda, seribu orang hamba sahaya dan sejumlah tanah di Basrah, Kufah, Mesir, dan lain-lain lagi . Dan Talhah mempunyai kekayaan pertanian di Iraq di mana setiap harinya menghasilkan seribu dinar, konon lebih dari itu. Abdul Rahman bin Auf mempunyai seratus ekor kuda, seribu unta, dan sepuluh ribu kambing. Sesuku dari seperlapan hartanya yang dibahagi-bahagikan kepada isterinya selepas meninggalnya mencapai lapan puluh empat ribu . Ketika Uthman bin Affan meninggal dunia, beliau telah meninggalkan sejumlah seratus lima puluh ribu dinar, tidak terhitung binatang ternakdan tanah-tanah subur tidak terkira. Emas dan perak yang ditinggalkan oleh Zaid bin Thabit sedemikian banyaknya sehingga harus dipecahkan dengan kapak. selain dari harta dan tanah yang bernilai seratus ribu dinar
• Dan masih banyak Nubuwwah rasulullah berkaitan tantang masa yang akan datang dan kemudian terjadi seperti ,visi Nabi tentang terbunuhnya Ammer oleh golongan pendurhaka dan kemudian terjadilah sesuai dengan apa yang nabi “lihat” dalam visinya, dan Nubuwwah-nubuwwah lainnya, Tetapi untuk Abdullah bin Saba, kenapa tidak “terlihat” oleh Nabi suci kita.Kenapa nabi tidak menubuwwahkan tentang akan adanya penyusup dikalangan pasukan Imam Ali yang membuat Abu Dzar dan para sahabat lainnya terprovokasi sehingga kaum Muslimin kemudian berperang satu sama lain, seandainya Kisah Abdullah bin saba yang yahudi itu benar-benar ada?
2. Bila benar syiah merupakan ajaran Abdullah bin saba, dan bahwa Imamah Ali merupakan ajaran yang disusupkan oleh Abdullah bin saba, mengapa dalam kitab-kitab hadist syiah tidak tercantum periwayat yang bernama Abdullah bin saba. Ataupun dari kitab-kitab hadist sunni berkenaan dengan keutamaan Imam Ali ataupun kepemimpinannya , mengapa tidak tercantum nama Abdullah bin saba sebagai periwayatnya.
3. Selanjutnya, apakah para penyebar kisah Abdullah bin saba lupa,bahwa bila kisah tersebut benar berarti meniscayakan “adanya” faham-faham sesat yang menyusup ke kubu Ali yang didalamnya ada sahabat-sahabat setia yang Nabi dan firman Allah tidak menegurnya pada masa hidup Nabi.Padahal kita sama-sama tahu bahwa parasahabat macam: Abu Dzar al Ghiffar, Salman al farisi,Miqdad, dan para pendukung Ali adalah sahabat yang tidak pernah “ berdosa besar” semasa islam bersama-sama Nabi, tidak pernah lari dari perang sebagaimana sahabat-sahabat lainnya lari dari perang ( silakan kaji sendiri dalam sejarah),tidak pernah mempertanyakan kenabian Muhammad seperti sahabat lain yang berkata pada nabinya pada banyak peristiwa,” inikah yang mengaku Nabi” atau” benarkah anda Nabi?”, juga tidak ada satu ayat pun yang turun berkenaan dengan kesalahan mereka.Mempercayai kisah Abdullah bin saba sang Yahudi berarti pula mempercayai bahwa kubu Ali telah terkontaminasi “faham sesat yahudi” sementara kubu lawannya (Muawiyah cs) bersih dari “faham-faham sesat”,lalu bagaimana dengan hadist “ Ammar (pendukung Ali) akan dibunuh golongan pendurhaka” dan bagaimana pula dengan hadist “Inilah Ali imam orang-orang yang baik yang akan memerangi orang-orang yang fajir tertolonglah orang-orang yang menolongnya, dan hinalah yang tidak menolongnya “ ( AlHakim dengan riwayat Jabir bin Abdullah,juga ditemukan tema sejenis dalam Manaqib al Khawarizmihal111,Kifayahnya AlKunji asy Syafii hal221,Shawaiq kar Ibnu Hajar bab 9 pasal 2 hal193,jami`us Shagirnya Suyuthi 2/56,dan lain sebagainya ),lalu bagaimana pula dengan sabda Nabi “Ya Allah cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”sebagaimana yang diucapkannya di Ghadir Khum (seperti pembahasan sebelumnya)dan dalam berbagai kesempatan? Bila kelompok Ali terkotori oleh ”faham sesat”nya Ibnu saba sang yahudi,sementara kelompok Muawiyah bersih dari kekotoran tersebut, lalu apakah ucapan Nabi tersebut batal ?
4. Konsepku sebelumnya bahwa para sahabat itu adil, bersih, tanpa kesalahan sehingga pada peristiwa pembunuhan Usman, perang Jamal, Siffin dan seterusnya adalah karena dosa Abdullah bin Saba sang yahudi dan seluruh para sahabat yang terlibat perang tersebut mendapat pahala karena kedua kelompok berperang karena ijtihad mereka, membuatku semakin bingung. Betapa tidak, konsep keadilan para sahabat artinya membenarkan semua pertikaian yang terjadi di kalangan Ummat sebagai ijtihad yang mendapat pahala, bila salah mendapat satu dan bila benar mendapat dua dan artinya menganggap bahwa konflik adalah “sunnah sahabat”yang harus diikuti.itulah barangkali yang membuat para tokoh NII terus menerus berselisih dan berpecah sepeninggalPak Kartosuwiryi, dan bila kita jeli mengamati sejarah perpecahan Ummat Islam berlangsung semenjak zaman Sarekat Dagang Islam, dari paradigma ini semuanya dibenarkan karena merupakan sunnah para sahabat? Padahal, bukankah perpecahan itu adalah kesalahan dan kesesatan sebagaimana tercantum dalam Qur`an dan sunnah?
5. Dari pergulatan pemikiran dan pencarianku tentang kisah Abdullah bin Saba, salah satu hal yang menghalangiku untuk mengikuti mazhab ahlul bait, akhirnya sampailah aku pada kesimpulan yang kubuat sendiri.Kesimpulan pertama adalah bahwa pada konflik Ali melawan Muawiyah cs saya lebih suka memilih bahwa kelompok Ali bersih dari “propaganda sesat yahudi” bernama Abdullah bin Saba , perjuangan Ali dan kelompoknya adalah karena membela “kepemimpinan ‘ yang merupakan nash dari rasulullah, daripada harus memilih kelompok Ali yang digelari Allah dalam Qur`an Surat 97:7 sebagai Khairul bariyyah sebagaimana dalam ad-Durrul Mantsur dinukil dari Ibnu Abbas sebagiamana tertulis pula dalam kitabnya Ibnu Hajar, Shawâiqul Muhriqah, hal. 96, dan Muhammad Syablanji, Nurul Abshar, hal. 70 dan 101 bahwa sewaktu ayat ini turun rasul menjelaskan bahwa ayat ini berhubungan dengan Ali dan syiah (pengikut setia)nya : dirimu dan Syiahmu yang pada hari Kiamat akan memasuki padang Masyhar dalam keadaan ridha dan diridhai oleh Tuhan. Sementara musuhmu dalam keadaan murka dan dimurkai (Jalaluddin As-Suyuthi menukil dalam hadis yang sama dari Ibnu Mardawiyah , secara detail akan kita bahas pada bahasan selanjutnya) , dan bagaimana mungkin kelompok yang digelari Allah sebagai Khairul Bariyyah terkotori faham sesat. Artinya saya lebih memilih meyakini bahwa propaganda Abdullah bin Saba sang yahudi tidak pernah ada, atau saya pilih kemungkinan kedua sebagaimana pendapat dibawah ini.


Kemungkinan Lain tentang Abdullah bin Saba

" Ammar pada suatu hari berkata," Usman telah kafir terang-terangan."dan saat mendengarnya Ali kemudian menegurnya atas perkataan tersebut." Ibnu al Arabi

Setelah menukil tentang perkataan Ibnu Arabi di atas, Dr Ali al Wardi dalam bukunya Wuad as Salathin mengatakan," para sejarawan tidak mengatakan bahwa Amr adalah pengikut sabaiyyin, sepertinya mereka tidak berani menyematkan gelar tersebut pada sahabat agung tersebut," selanjutnya ia mengatakan," Sebenarnya Amr adalah sabaiyyah dengan sepenuh hati.ia senantiasa berfaham sabaiyyah hingga akhir hayatnya, dan saya berkeyakinan bahwa ia adaalah pimpinan kaum sabaiyyah yang terbesar, artinya sebenarnya ia adalah Ibnu saba atau Abdullah bin saba yang dimaksud."

Salah satu hal yang membuat doctor ini menduga kuat bahwa Amr adalah ibnu saba adalah kemunculan terang-terangan tokoh tersebut dalam perang Siffin , dan pada saat Amr bin yassir terbunuh dalam perang Siffin, tiba-tiba tokoh ini pun menghilang tanpa jejak.

Menurutnya Ibnu Saba sang Yahudi adalah gelar yang disematkan pada Ammr oleh lawan-lawan politik atau musuh-musuhnya dalam hal ini para propaganda politik Umayyah yang merupakan lawan-lawan politik Amr bin Yassir. Selanjutnya ia memaparkan berbagai kesamaan antara Amr bin yassir dengan tokoh Abdullah bin Saba yang misterius:
• Abdullah bin Saba dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda, Amr juga digelari Ibnu Sauda (putra budak hitam- gelar ejekan)
• Ammr lahir dari ayah berkebangsaan yaman , dan artinya ia adalah keturunan Saba ( Saba adalah Bapak moyang bangsa Yaman).Setiap orang Yaman biasa disebut ibnu saba.Seluruh penduduk Yaman adalah keturunan Saba bin Yasyjub bin Yakrub bin Qathon.Tidak ada Yahudi bermarga atau menggunakan nama Saba
• Ammr sangat cinta kepada Ali, begitupun Ibnu Saba
• Ammr pada masa kekuasaan Usman pernah pergi ke Mesir dan membangkitkan masyarakat untuk melawan Usman.Gubernur Mesir murka dan hendak menghukumnya.berita ini mirip seperti yang dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba, bahwa ia pernah ke Mesir dan menghasut penduduk Mesir melalui surat untuk melawan Usman.
• Dikisahkan bahwa Abdullah bin Saba pernah mempropagandakan bahwa Usman mengambil kekuasaan secara legal dan pemilik sebenarnya adalah Ali.hal ini mirip dengan kisah Ammr bahwa seusai pembaiatan Usman, Ammr memekik di dalam masjid,"hai orang-orang Quraisy, kalau kalian palingkan urusan ini dari ahlul bait nabi kalian kesana dan kesini , maka aku tidak akan merasa aman bahwa Allah akan mencabutnya dari kalian dan meletakannya pada selain kalian sebagaimana kalian mencabutnya dari pemiliknya yang sah lalu meletakannya pada bukan ahlinya."
• Ibnu Saba dikatakan pernah menghalangi upaya damai antara Ali dan Aisyah dalam perang Jamal di Basrah.dan bila kita mengkaji peristiwa perang Jamal , kita juga melihat peran Ammr sangat besar bersama Hassan dan Malik al Asytar untuk maju terus membela Ali melawan Aisyah cs.
• Selanjutnya dikatakan bahwa yang mengajak Abu Dzar untuk bangkit adalah Abdullah bin Saba kita dapat melihat pula bahwa Ammr dan Abu Dzar adalah teman dekat yang sering bertuikar fikiran satu sama lain, dan keduaduanya adalah pendukung Ali.
• Abdullah bin saba hilang dari panggung sejarah pasca perang siffin, alias tidak diberitakan lagi setelah perang Siffin, bertepatan dengan terbunuhnya Amr bin Yassir dalam perang Siffin.

( dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar