Rabu, 12 Agustus 2009

Mencari Bahtera Kebenaran


Ketika itu sekitar tahun 77-78 Abu Fulki kita sebut saja beliau dengan nama samaran , sempat mengaji pesantren di Ajengan Andi Cibuntu.Kemudian sempat aktif di beberapa masjid di Bandung,tiada lain semua itu beliau lakukan dengan niat ingin beragama dengan benar, dan takut salah dalam Bergama.Kemudian sempat aktif di kegiatan Kuliyatul Mujahiddin masjid Istiqomah bandung, kemudian aktif pula sebagai Pemuda masjid tersebut sekitar tahun 77.

Sekitar tahun 1979 Abu Fulki didakwahi oleh Guru silatnya,sebut saja namanya Kang E . Beliau kaget sekali ketika itu, karena sebelumnya setiap pertemuan Kang E sang guru hanya bicara tentang silat saja, tidak pernah sedikit pun bicara tentang Islam.Tetapi hari itu Kang E mengajaknya berbicara tentang Islam, tentang keharusan berjamaah.Karena penampilan Kang E saat itu tidak seperti santri, merokok, temperamental, lebih kelihatan seperti preman, saat itu beliau belum percaya terhadap ajakan sang guru tersebut.

Saat berjumpa lagi dengan beliau sekitar 1980an,Kang E kembali menjelaskan tentang konsep berjamaah,kali ini dia menjelaskanbahwa jamaah tersebut adalah Negara Islam Indonesia (NII).Akhirnya dengan agak dipaksa Abu Fulki dibaiat dengan disaksikan oleh 3orang,Pak Denar, Pak Wawan, dan Mang Atun (dua dari ketiga orang yang menyaksikan prosesi baiat tersebut , yakni Pak Denar dan Pak Wawan saat ini sudah keluar dan berpindah ke mazhab Alul Bait , bahkan Pak Denar sudah wafat beberapa bulan sebelum kesaksian ini dibuat sebagai pengikut kepemimpinan ahlul bait yang setia) .

Esoknya, Abu Fulki mengambil brosur dari rumah Wawan yang berjudul ”Mendirikan Negara Islam” dan membawannya ke masjid Istiqomah untuk berdakwah.Menurutnya,saat itu belum ada pembinaan resmi dari Lembaga (kependekan dari Lembaga Wahyu Allah, sebutan lain NII), artinya belum ada kematerian baku. Kematerian khas NII seperti Aqidah Rubbubiyah,Mulkiyah , Uluhiyah, Furqon, dan lain-lain baru muncul bberapa tahun setelahnya, setelah bergabungnya tokoh-tokoh PII ( Pelajar Islam Indonesia) . Dari hasil”dakwah fardiyah”nya di masjid istiqomah, masuklah beberapa orang aktifis Istiqomah, Pak Wahyu Ketua Pemuda masjid Istiqomah ( sekrang sudah menjadi pengikut Imamah Ahlul Bait , Pak BN , Pak Ohan (sudah menjadi pengikut ahlul bait ), dan lain-lain.Mereka sebelumnya ingin mendirikan organisasi atau jamaah semacam ikhwanul muslimin , karena buku-buku pemikiran Ikhwanul Muslimin banyak bertebaran ketika itu, selain terinspirasi dengan gerakan Imron .Kemudian setelah itu mereka bergabung dengan Negara Islam Indonesia.

Saat seniar atau “amir”nya pasif yang dalam istilah Abu fulki "tertidur di siang hari bangun di malam hari ( bersembunyi?) karena banyaknya penangkapan dari aparat era orba, kelompok yang baru direkrut Abu Fulki ini bergerak berdakwah di masjid-masjid kampus antara lain masjid UNPAD, IKIP (sekarang UPI) Salman ITB, UNWIM,dan beberapa SMA antara lain SMA 19, SMA 5, SMA 3, SMA 15,SMA 4, dll.

Dibeberapa perguruan tinggi yang telah di” kuasai”,mereka mulai mengarahkan mahasiswa baru dari mulai OPSPEK, OPSPEK jurusan sampai pengajian kelompok, tetapi ujung tombaknya adalah dakwah fardiyah ( dakwah perorangan) ,semuanya telah di kondisikan sejak dari OPSPEK. Selanjutnya, dakwah fardiyah kemudian bai`at.
Ciri khas dari doktrin yang disampaikan adalah pengkafiran orang diluar kelompok bahkan termasuk orangtua sendiri, kemudian adanya doktrin gerakan P (fa`i) yaitu menghalalkan mencuri untuk kepentingan lembaga, dengan dalih mengembalikan harta kafir ke tangan mukmin dengan segala cara. Mereka melakukan operasi dari mulai mengambil uang kencleng masjid, hewan qurban dan lain-lain. Berikutnya, adanya doktrin furqon yang diterapkan secara kaku dengan eklusifisme,yaitu bergaul dengan kelompok mereka saja, dan berusaha menghindari dengan orang luar.Akibatnya prestasi pendidikan menurun, pekerjaan terbengkalai bahkan ada yang keluar dari PNS, semangat mengembangkan ilmu menjadi tidak ada, menjauh dengan tetangga, bahkan menjauh dari saudara atau keluarga.

Sisi lain yang positif dari penerapan konsep tersebut menurutnya adalah adanya persaudaran yang lebih dekat dari saudara senasab, mereka saling menolong satu sama lain, mengadakan bisnis bersama,menempatkan ikhwan diposisi-posisi strategis, hingga ada beberapa yang berhasil dimasukkan ke Depag, bahkan ketika senior Abu Fulki yang tidak lain adalah mantan guru silatnya, Kang E yang sedang menganggur,mereka menginstruksikan para yuniornya untuk patungan dan kemudian membelikannya beberapa mobil angkot yang masih beroperasi hingga saat ini.

Menurut Abu Fulki, mereka menikah dengan sesame mereka, semangat pengorbanan muncul dikalangan merekabahkan 24 jam waktu mereka serahkan sepenuhnya untuk lembaga,banyak diantara mereka yang sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya,semua dilakukan Allah minded 24 jam,kongkretnya adalah Lembaga NII minded 24 jam.Sekitar tahun 80an,mereka kemudian mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan dan Sosial di Bandung, sebagai tempat bernaung yang masih aktif dan berkembang hingga saat ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengguncang keyakinan

Tahun 90an, beberapa yunior di Cirebon ada yang mengajukan pertanyaan pada Abu Fuliki sebagai berikikut,” dari mana gerakan NII ini muncul, apa yang menyambungkannya dengan Rasulullah, apakah jamaah ini dibentuk oleh Rasulullah?”
Ketika itu Abu Fulki menjawabnyabahwa ketersambungan jamaah NII dengan rasulullah adalah ketersambungan pola pergerakan, yakni pola sunnah Amanu - Hajaru – Jahadu.Tetapi berikutnyamuncul pula pertanyaan lainnya, yaitu bila gerakan NII ditarik dari tahun 1905 ( Serikat Dagang Islam yang diyakini sebagai embrio munculnya NII yang diklaim pula sebagai estafeta dari Turki Usmani) kemudian dihubungkan dengan pasca wafat rasulullah, yaitu munculnya kelompok Ali (Syiah Ali),Muawiyah dan Khawarij, Abu Fulki tidak bisa menjawab darimana ketersambungan NII pada salah satu dari tiga kelompok tersebut, apakah NII merupakan estafeta Syiah Ali, kelompok Muawiyah, atau Khawarij.

Demi memuaskan dahaganya akan kebenaran, Abu Fulki kemudian mendekat pada Ustadz Hassan yang saat itu aktif di Yayasan Muthahhari. Dari ustadz mantan pengikut Wahabbi tersebut, Abu Fulki dipinjami beberapa kitab ahlusunnah yang salah satunya berjudul Yanabiul Mawaddah yang ditulis ulama sunni Al Qunduzi alhanafi . dari kitab inilah muncul penjelasan dari mulut suci Rasulullah tentang furqon, kalimattoyyibah, bahtera Nabi Nuh dan lainlain.Klaim NII tentang keberadaannya sebagai Bahtera Nabi Nuh yang selama ini dijadikan tamsil oleh kelompok NII bahwa siapa yang ikut dalam bahtera NII ibarat ikut ke dalam bahtera Nabi Nuh saat banjir besar datang, atau mengikuti NII sama saja denganmengikuti dan memasuki kalimah Laa Ilaha ilallah, ternyata dalam kitab tersebut beliau mendapatkan penjelasan yang lebih mencerahkan dari mulut suci Rasul, bahwa Bahtera Nabi Nuh setelah nabi wafat adalah ‘bahtera kepemimpinan” keluarga rasulullah , dan bahwa siapa yang mengikuti keluarga Nabi hakekatnya adalah masuk ke dalam kalimah tauhid, berpegang pada mereka adalah berpegang pada kalimah Thoyyibah yang tiada keraguan di dalamnya.Atau klaim lain dari kelompok NII lainnya seperti bahwa NII adalah Lembaga wahyu Allah atau wujud konkret alqur`an, dalam Yanabiul mawaddah konsep tersebut dijelaskan bahwa Wujud konkret alqur`an adalah keluarga nabi “ sang Qur`an berjalan” atau dengan sebutan lainnya nabi mengatakan bahwa “ Ahlul baitku bersama Alqur`an mereka tidak berpisah hingga kalian bertemu aku kelak di telaga Haudh”

Perpecahan yang membuat Abu Fulki muak dan memutuskan untuk keluar
Setelah mendapatkan buku tersebut batin Abu faith bergejolak, namun beliau masih bertahan dalam lembaga tersebut dan berusaha menahan diri dengan mengkonfirmasikan pada tokoh-tokoh NII.Satu hal yang membuat beliau tercengan adalah bahwa uang ratusan juta yang di”panen” seniornya tiap tahun ternyata tidak sampai ke tangan orang tua (sebutan lain dari ahlul jabbal / sesepuh NII). Menurut salah tokoh NII tertinggi yang dikunjunginya, aturannya uang yang didapat oleh seniornya saharusnya disetor seluruhnya ke “pusat” untuk selanjutnya didistribusikan ke daerah-daerah. Tetapi yang terjadi adalah uang zakat-infaq-sodaqoh-fa`I dan lain-lain yang di”panen” seniornya setiap beberapa bulan sekali bahkan tiap bulan tidak disetorkan , sang Pimpinan yang ahlul Jabal hanya diberikan uang ala kadarnya, 5 juta sekali dalam setahun.

Pada tahun 96 muncul kasus perpecahan (entah untuk yang keberapa kalinya) antara kelompok Ajengan masduki dengan kelompok Pak Adah jaelani. Ajengan masduki salah seorang yang dahulu mengangkat Adah jaelani sebagai Imam NII menyatakan batalnya kepemimpinan NII ‘aliran “ Adah Jaelani dalam sebuah sidang syura NII, kabarnya tokoh sepuh ini memukul meja sambil berfatwa “Adah batal sebagai Imam” selanjutnya beliau dan sekelompokpendukungnya melakukan aksi walk out dari sidang syuro.
Kejadian tersebut membuat ummat dibawahnya bingung, sama sepereti kejadian berpecahnya kelompok AbdulKadir Jaelani dengan Abdullah Sungkar yang memunculkan jamaah Islamiyah sebagai “kelompok sempalan’ ( dari perspektif NII) .Dari kebingungan ummat tersebut, Abu Fulki dan beberapa rekannya berkeliling ke Garut, Pangalengan, Sukabumi termasuk Bandung untuk menjelaskan bahwa kepemimpinan yang jelas dari lisan suci Nabi saw yang tidak membuat bingung , adalah kepemimpinan Ahlul bait nabi

Dalam forum-forum eks KW 7 dan KW I tersebut Abu Fulki menjelaskan bahwa dalam tubuh NII sama seperti yang terjadi dalam tubuh RI,orang yang berpengaruh dan banyak uang bisa jadi Imam , berbeda dengan yang ada di Ahlul bait,. Imam adalah orang yang soleh yang kemudian dimaksum oleh Allah kemudian ditunjuk oleh nabi.
Hingga saat ini, Abu Fulki beserta istri dan putra-putranya aktif dalam berbagai majelis-majelis ahlul bait yang diselenggarakan di berbagai tempat dan komunitas.

diambil dari pengakuan Abu Fulki alias Abu Idzhar mantan tokoh NII Bandung.oleh : Abu Shadra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar